Harga yang melambung ini diungkapkan juga oleh Maha Saher (28) yang ingin membelikan pakaian baru untuk kedua putrinya, Sara dan Rama. Maha mencoba mencari barang dengan harga yang sesuai, namun tidak menemukan.
“Sebagian besar toko Gaza tidak memiliki barang baru yang diizinkan masuk beberapa hari sebelum Idul Fitri. Barang yang tersedia tidak berkualitas tinggi meski sangat mahal,” katanya.
Maha terpaksa membeli pakaian mahal itu untuk anak-anaknya meski suaminya, yang bekerja sebagai jurnalis foto, hanya menerima 50 persen dari total gaji bulanannya. Gaji suaminya diperkirakan mencapai 250 dolar AS, yang hampir tidak dapat menutupi kebutuhan dasar mereka.
"Saya tidak ingin membelikan mereka karena harganya tidak terjangkau, tapi saya tidak bisa karena Sara menangis ketika mengetahuinya. Dia senang hari ini karena dia memakai baju baru untuk merayakan Hari Raya," ujarnya.
Karena pembatasan yang diberlakukan, penduduk Gaza juga kekurangan perangkat listrik, seperti kipas angin dan pendingin udara di tengah musim panas. Seham Abed (60) mencarinya di toko-toko di Gaza, tetapi dia hanya menemukan satu.