Alaa Hamed, seorang pemilik toko pakaian kecil berusia 26 tahun di kamp pengungsi Jabaliya di Gaza utara mengatakan penduduk cenderung tidak membeli pakaian untuk Idul Fitri. Kecenderungan ini bahkan sebelum militer Israel mengizinkan barang baru masuk Kamis lalu.
"Saya pikir kelangkaan pakaian yang tersedia di toko saya adalah alasan utama rendahnya penjualan. Tapi bahkan ketika pakaian diizinkan masuk beberapa hari sebelum Idul Fitri, toko saya tetap kosong, dan jika ada pelanggan, saya dapat menghitungnya karena jumlahnya kurang dari yang Anda bayangkan, tidak seperti Idul Fitri sebelumnya," katanya.
Pasar Gaza biasanya ramai selama perayaan Idul Fitri. Orang-orang membeli pakaian, aksesoris, permen, dan hadiah lainnya, tetapi Idul Fitri ini telah melihat kemunduran yang nyata bagi para pedagang Gaza. Padahal, mereka berharap menutup sebagian kerugian yang disebabkan oleh Covid-19 dan serangan brutal Israel.
“Kebanyakan warga yang masuk ke toko saya tidak membeli apa-apa. Saya menjual lima potong setiap hari, tetapi orang lain melihat pakaian dan harganya dan pergi tanpa membeli apa pun. Perang terjadi dua atau tiga hari sebelum Idul Fitri, membuat kami tidak bisa merayakannya, tetapi kali ini kurangnya penjualan membuat kami tidak mendapat untung," katanya.