Abed menginginkan setidaknya dua kipas angin lagi ketika kerabatnya mengunjunginya pada Idul Adha tetap tenang di tengah panasnya musim panas dan pemadaman listrik yang meluas. "Setelah berhari-hari mencari, akhirnya suami saya menemukan satu, tapi harganya naik dua kali lipat," katanya.
Kesulitan ekonomi yang sama juga diungkapkan peternak di Gaza, Hasan al-Masri. Hasan biasa menjual domba, sapi, anak sapi, dan hewan lainnya untuk Idul Adha. Namun, penjualan jauh di bawah apa yang mereka harapkan karena krisis ekonomi Gaza.
Hasan memiliki gudang ternak di Beit Lahia. Dia hanya menjual 12 ekor dari total 25 ekor hewan ternak miliknya meski harganya diturunkan 15 persen. Padahal, dalam kondisi sebelumnya, peternakan al-Masri bisa menjual 40 sapi dan domba setiap menjelang Idul Adha. Tahun ini benar-benar berbeda.
“Saya tidak bisa menjual semuanya karena kurangnya daya beli warga Gaza, padahal harganya lebih murah dari sebelumnya. Dulu saya menjual domba dengan harga sekitar 350 dolar AS tahun lalu, sedangkan tahun ini kami menjualnya dengan harga 300 dolar AS,” kata Hasan.
Hasan mengatakan, dia harus menurunkan harga agar dia mendapat untung yang cukup untuk menutupi utang. Dia berutang untuk membayar pakan ternak dan obat-obatan. Tetapi penurunan harga ternak menyebabkannya mengalami kerugian signifikan. Ia tidak dapat memperoleh keuntungan dari potongan harga jual.