REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan, Indonesia harus mampu menghilangkan ketergantungan impor vaksin dengan memproduksi vaksin Covid-19 sendiri.
Erick telah menugaskan holding BUMN farmasi bekerja sama dengan lembaga Eijkman dan sejumlah universitas dalam negeri untuk produksi Vaksin Merah Putih. Erick menyebut Biofarma selama ini telah dikenal sebagai salah satu perusahaan yang mampu memproduksi berbagai vaksin seperti polio hingga meningitis.
"Memang untuk vaksin Covid-19 kita harus belajar lagi. Kita sedang fokuskan Vaksin Merah Putih yang memang kerja sama BUMN dan universitas di dalam negeri dan juga lembaga penelitian," ujar Erick di Jakarta, Jumat (30/7).
Selain itu, lanjut Erick, Biofarma juga telah bekerja sama dengan Baylor College of Medicine, Amerika Serikat (AS) dalam pengembangan vaksin yang telah didaftarkan ke WHO. Nantinya, ucap Erick, vaksin BUMN-Baylor akan disinergikan dengan universitas dalam negeri untuk uji klinis dan produksi.
"Kita usaha mudah-mudahan di pertangahan tahun depan di Mei atau Juni kita bisa mulai," ucap Erick.
Erick menjelaskan, Biofarma juga telah meningkatkan kapasitas produksi dari 1 miliar menjadi 1,5 miliar yang mana 250 juta sudah digunakan untuk produksi vaksin dari bahan baku Sinovac.
"Yang 250 juta masih proses perizinan di BPOM. Fasilitas ini yang bisa untuk Vaksin Merah Putih ke depan," ungkap Erick.
Erick menyebut rantai pasok selama ini masih menjadi salah satu kelemahan Indonesia. Indonesia memiliki kemampuan dalam memproduksi obat, tapi bahan bakunya masih tergantung pada pasokan negara lain.
"Bahan baku obat kita sedang pelajari, yang tadinya 90 persen (impor), paling tidak 50 persen buatan Indonesia. Kita coba lakukan itu salah satunya dengan Pertamina membangun Petrokimia yang turunannya jadi bahan baku paracetamol, ini salah satunya," ucap Erick
Erick mengatakan BUMN saat ini juga tengah melakukan terobosan hilirisasi industri dengan mengoptimalkan nikel yang selama ini diekspor dalam bentuk mentah.