REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Uji coba yang mencampurkan dosis pertama vaksin Sputnik V Rusia dan vaksin AstraZeneca Inggris tidak menimbulkan efek samping yang serius dan tidak ada kasus Covid-19 selanjutnya di kalangan partisipan. Hal itu diungkap Dana Investasi Langsung Rusia (RDIF), Jumat (30/7).
Pengujian tersebut melibatkan 50 orang dan dimulai di Azerbaijan pada Februari, kata RDIF selaku penanggung jawab pemasaran vaksin Sputnik V di luar negeri, melalui pernyataan. Hasil menyeluruh dari uji coba tersebut, termasuk data respons imun yang dihasilkan oleh vaksin campuran, akan dipublikasi bulan depan, tambahnya.
Sputnik V dan AstraZeneca merupakan vaksin vektor viral yang menggunakan dua dosis, yakni dosis awal dan penguat. Suntikan vektor viral menggunakan virus modifikasi yang tidak berbahaya sebagai perantara, atau vektor, untuk membawa informasi genetik yang membantu tubuh membangun imunitas melawan infeksi di masa depan.
Dosis pertama Sputnik V menggunakan adenovirustipe 26, sementara vaksin AstraZeneca, yang dikembangkan bersama Universitas Oxford, menggunakan vektor adenovirus simpanse. Rusia pada Senin (26/7) memberi lampu hijau untuk melanjutkan uji klinis yang mencampurkan vaksin buatan Inggris dan Sputnik V di lima klinik di Rusia.