Rabu 04 Aug 2021 12:29 WIB

Pengecatan Pesawat RI 1, Fadli Zon: Tak Ada Sense of Crisis!

Pemerintah mestinya peka dengan sulitnya kehidupan rakyat sebagai imbas Covid-19.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Agus Yulianto
Fadli Zon.
Foto: Republika/Febrianto Adi Saputro
Fadli Zon.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Politikus partai Gerindra Fadli Zon mengkritik pedas rencana pengecatan pesawat Kepresidenan RI. Menurutnya, rencana tersebut tidak urgen di saat rakyat mengalami kesulitan hidup di masa pandemi Covid-19.

Fadli mengamati, sebenarnya pengecatan pesawat kepresidenan bukan sesuatu yang harus dilakukan saat ini. Apalagi, kondisi pesawat cenderung masih layak. Sehingga, dia merasa, tak pantas bagi pemerintah untuk melanggengkan pengecatan tersebut.

"Tak ada urgensinya sama sekali cat ulang (pesawat) jadi merah ini," kata Fadli di akun Twitter resminya yang dikutip Republika pada Rabu (4/8).

Fadli memandang pemerintah mestinya peka dengan sulitnya kehidupan rakyat saat ini sebagai imbas Covid-19. Menurutnya, rencana ini malah kembali menunjukkan citra pemerintah yang abai terhadap rakyatnya sendiri. Bahkan  bertolak belakang dengan pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) bahwa pejabat harus punya sense of crisis.

"Hanya menunjukkan betapa tak ada sense of crisis di tengah dampak pandemi," ujar Fadli.

Sebelumnya, pihak istana angkat bicara terkait pengecatan pesawat presiden tersebut. Kepala Sekretariat Presiden Heru Budi Hartono menjelaskan, pesawat BBJ 2 sudah beroperasi selama tujuh tahun di Indonesia. 

Dia mengklaik, pesawat memang sudah harus masuk perawatan besar atau overhaul, dengan kategori C Check. Di dalam dunia penerbangan, perawatan C Check lebih berat daripada A Check atau B Check.

"Itu harus dilakukan untuk keamanan penerbangan. Mengenai cat, memang sekalian diperbarui karena sudah waktunya. Pilihan warnanya adalah warna kebangsaan, merah dan putih. Warna bendera nasional," kata Heru, Selasa (3/8). 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement