REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Nagasaki memperingati 76 tahun Amerika Serikat (AS) menjatuhkan bom atom ke kota tersebut. Wali Kota Nagasaki meminta Jepang, AS, dan Rusia berbuat lebih banyak lagi dalam menyingkirkan senjata nuklir.
Dalam pidatonya di Taman Perdamaian Nagasaki, Wali Kota Tomihisa Taue mendesak pemerintah Jepang berperan sebagai pemimpin dalam upaya menciptakan zona bebas nuklir di timur laut Asia. Ia berharap Jepang mengambil tindakan daripada hanya berdiam diri di bawah payung nuklir AS.
Ia menyinggung janji AS hanya menggunakan senjata nuklir untuk melindungi sekutu-sekutunya tanpa memerlukan bantuan mereka. Taue juga mendesak dua negara pemilik senjata nuklir yakni AS dan Rusia untuk berbuat lebih banyak dalam pelucutan senjata nuklir.
Taue mengungkapkan kekhawatiran negara-negara nuklir telah menghentikan upaya pelucutan senjata. Mereka justru memperkuat dan memperkecil senjata nuklir.
"Mohon bangun zona bebas nuklir di Asia Timur yang akan menciptakan 'payung non-nuklir' bukannya 'payung nuklir' dan melangkah menuju dunia tanpa senjata nuklir," kata Taue, Senin (9/8).
Ia meminta pemerintah Jepang bertindak lebih banyak dalam pelucutan senjata nuklir. Pada pukul 11.02 bertepatan dengan saat pesawat bomber B-29 menjatuhkan bom platuonium, para penyintas dan orang-orang yang hadir dalam acara peringatan itu mengheningkan cipta untuk mengenang 70 ribu nyawa yang hilang dalam tragedi tersebut.
Pada 9 Agustus 1945, tiga hari setelah AS mengebom Hiroshima, Washington juga menjatuhkan bom ke Nagasaki. Peristiwa yang menewaskan sekitar 140 ribu orang itu mendorong Jepang menyerah dalam Perang Dunia II.
Taue juga meminta pemerintah dan anggota parlemen Jepang untuk segera menandatangani Perjanjian Larangan Senjata Nuklir 2017 yang mulai berlaku Januari. Jepang sudah melepaskan kepemilikan senjata nuklir dan tidak memproduksi atau menyimpannya.
Namun Jepang menampung lebih dari 50 ribu tentara AS dan dilindungi payung nuklir Amerika. Perjanjian pascaPerang Dunia II memperumit dorongan Jepang untuk menandatangani perjanjian nuklir. Sebab Negeri Sakura sedang memperkuat militernya sendiri dan bekerja sama dengan negara-negara senjata nuklir lain seperti Inggris dan Prancis untuk menghadapi ancaman dari Korea Utara dan China.
Perdana Menteri Yoshihide Suga mengatakan perjanjian nuklir tersebut buruk. Ia mengatakan dua dalam isu perlucutan senjata nuklir masyarakat internasional terbagi. Menurut Suga penting untuk menghilangkan sikap saling tidak percaya dengan mempromosikan dialog dan menggelar berbagai diskusi yang setara.