REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dessy Suciati Saputri,
Perkembangan pandemi Covid-19 dunia termasuk di Indonesia bisa dibilang bak roller coaster. Hingga kini, Indonesia belum bisa lepas dari naik-turunnya laju penambahan kasus positif dan kematian Covid-19.
Kondisi ini pun diakui oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Menurutnya, meskipun pemerintah telah mengkalkulasikan potensi penyebarannya, lonjakan dapat terjadi di mana saja akibat munculnya varian baru Corona.
“Yang namanya virus corona ini betul-betul sangat sulit diduga dengan kalkulasi-kalkulasi apa pun. Jangan sampai ada varian baru datang karena bermutasi dan kita tidak waspada, tahu-tahu meledak menjadi jumlah yang sangat banyak. Saya harapkan terutama yang di jajaran kabupaten kota, bupati dan wali kota betul-betul semuanya mewaspadai ini,” kata Jokowi saat memberikan pengarahan kepada Forkopimda se-Provinsi Jawa Timur di Pendopo Ronggo Djoemeno, Madiun, pada Kamis (19/8) kemarin.
Jokowi melanjutkan, kunci pertumbuhan ekonomi di tengah pandemi saat ini yakni dengan menurunkan kasus Covid-19. Ia mengatakan, pada awal Februari, Indonesia pernah mengalami lonjakan kasus yang cukup tinggi dan penurunan kasus baru terjadi pada Mei. Penurunan kasus positif ini, kata dia, selalu diikuti dengan perbaikan ekonomi.
“Kalau turun itu pasti diikuti oleh perbaikan ekonomi, ekonomi naik naik naik di kuartal kedua, sampai tadi disampaikan bu Gubernur Jawa Timur 7,05. Nasional 7,07,” ucap Jokowi.
Kendati demikian, kata Jokowi, peningkatan kasus pun kembali terjadi di Kudus dan juga Bangkalan. Munculnya kasus baru di Kudus ini bahkan tak diprediksi oleh pemerintah. Sebab, kata dia, pemerintah hanya mendeteksi potensi kemunculan kasus di Jakarta, Indramayu, dan di Medan.
“Munculnya di tempat lain karena barang ini ndak kelihatan. Langsung melompat ke 56 ribu dan bahkan tim yang ada di kanan kiri saya, ‘Pak, ini kalau tidak bisa dihentikan pak, Agustus itu akan muncul di 80 ribu (kasus), September itu di 160 ribu (kasus)’. Kalau enggak bisa menghentikan bisa di atas India kita,” jelas Jokowi.
Karena itu, ia pun menginstruksikan Panglima TNI dan Kapolri untuk membantu menghentikan penularan kasus baru. Ia juga meminta Pangdam dan Kapolda agar menggerakkan seluruh jajaran di bawahnya untuk menyiapkan isolasi terpusat yang diperuntukkan bagi pasien Covid-19.
“Kurangi yang isoman ditarik ke yang isolasi terpusat. Ini akan sangat mengurangi sekali laju penyebaran,” tambahnya.
Kepada jajaran Forkopimda di seluruh Provinsi Jawa Timur, Presiden pun berpesan tiga hal terkait penanganan Covid-19. Pertama yakni memindahkan seluruh pasien isolasi mandiri ke isolasi terpusat. Kedua yakni mempercepat pelaksanaan vaksinasi yang menjadi kunci untuk menekan penyebaran kasus.
Serta ketiga, ia mengingatkan agar pemberian obat-obatan kepada para pasien Covid-19 tak terlambat sehingga dapat menekan angka kematian yang masih cukup tinggi di Jawa Timur yakni mencapai 7,1 persen.
“Sudah masuk isoter, obatnya segera berikan, karena saya masih dengar banyak dari bawah, ini yang sering terlambat. Tiga ini,” kata Jokowi.
Presiden pun optimistis jika ketiga hal ini benar-benar dilaksanakan, maka kasus di Jawa Timur akan semakin dapat ditekan.
Dua hari ini Indonesia kedatangan vaksin Astra Zeneca bantuan dari Belanda, vaksin Sinovac, dan -- untuk pertama kalinya -- sekitar 1,5 juta dosis vaksin Pfizer.
Jika tak ada halangan, hingga akhir tahun ini, pemerintah sudah mengamankan sekitar 370 juta dosis. pic.twitter.com/VhdL4nSY0Z
— Joko Widodo (@jokowi) August 20, 2021