REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aisyah binti Yusuf bin Ahmad bin Nashir al-Ba’uni atau yang lebih dikenal dengan Aisyah al-Ba’uniyah adalah seorang sufi perempuan yang lahir di Damaskus pada 865 Hijriyah atau 1460 Masehi.
Dalam salah satu karyanya yang diterjemahkan dalam buku Menjalin Ikatan Cinta Allah SWT terbitan Turos, Aisyah al-Ba’uniyah mengungkapkan pandangan para ulama sufi tentang cinta atau mahabbah. Menurut Aisyah, salah seorang ahli berkata, “Cinta adalah kegembiraan hati menemukan yang dicintai.”
Dikatakan cinta adalah ketulusan seorang kekasih kepada orang yang dicintainya dalam keadaan bagaimana pun juga. Dikatakan juga bahwa cinta adalah buah dari cita-cita. Semakin tinggi cita-cita seseorang, maka cintanya semakin tulus.
Sementara itu, Imam Qusyairi menyebut cinta dalam kitabnya, Lathaif al-Isyarat. Dia menjelaskan cinta seorang hamba kepada Allah merupakan kondisi sepiritual yang begitu halus dan lembut, yang dia temukan dalam dirinya.
Sufi ar-Rudzbari (abad ke-10 M) juga mengungkapkan pandangannya tentang cinta. Ia berkata, “Selama engkau belum keluar sepenuhnya dari dirimu, engkau belum masuk ke dalam batas cinta.”
Ulama sufi perempuan, Rabi’ah al-Adawiyah mengatakan, “Pecinta Allah tidak pernah berhenti merindukan dan menghela nafas panjang hingga dia beristirahat tenang di sisi Dia yang dicintainya.”
Sedangkan Abdullah al-Qurasyi berkata, “Hakikat cinta adalah engkau memberikan seluruh dirimu kepada Dia (Allah) yang kamu cintai dan tidak ada sisa sedikit pun dari dirimu.”