REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pemerintah Inggris pada Ahad (29/8) menandatangani pernyataan bersama dengan komunitas internasional yang berkomitmen untuk memastikan perjalanan yang aman bagi warga Afghanistan yang ingin meninggalkan negara itu setelah 31 Agustus.
Pernyataan itu dirilis oleh Downing Street tak lama setelah para pejabat Taliban di Kabul mengumumkan kepada masyarakat internasional bahwa mereka memberi jaminan dan izin ke orang-orang Afghanistan yang memenuhi syarat dan ingin meninggalkan negara itu setelah batas waktu.
“Kami berkomitmen untuk memastikan bahwa warga negara kami, penduduk, karyawan, warga Afghanistan yang telah bekerja dengan kami, dan mereka yang berisiko, dapat terus bepergian dengan bebas ke tujuan di luar Afghanistan,” bunyi pernyataan itu.
“Kami telah menerima jaminan dari Taliban bahwa semua warga negara asing dan setiap warga negara Afghanistan dengan izin perjalanan dari negara kami akan diizinkan untuk melanjutkan perjalanan dengan aman dan tertib,” tambah Inggris.
Pemerintah akan terus mengeluarkan dokumen perjalanan kepada warga Afghanistan yang memenuhi syarat dan akan meminta pertanggungjawaban Taliban atas komitmen yang dijanjikan.
Hingga saat ini, sejumlah warga Inggris masih terdampar di Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul dengan harapan dapat dievakuasi ke Inggris meskipun misi evakuasi, Operation Pitting, telah berakhir pada Sabtu.
Pemerintah telah menyarankan orang-orang Afghanistan yang ingin melarikan diri untuk menyeberang ke negara-negara tetangga, tetapi tidak jelas apakah perjalanan seperti itu aman bagi mereka.
Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab akan memanfaatkan pertemuan yang dipimpin Amerika Serikat dengan menteri tingkat tinggi dari Turki, Qatar, NATO dan G7 untuk memperjelas pentingnya meminta pertanggungjawaban Taliban atas pernyataan mereka tentang perjalanan yang aman dan penegakan hak asasi manusia.
Kekacauan meningkat di Kabul menyusul serangan teroris pada Kamis yang menewaskan lebih dari 100 orang, termasuk tiga warga Inggris dan 12 prajurit AS. Serangan itu diklaim oleh ISIS-K, afiliasi kelompok teroris Daesh/ISIS di Afghanistan. AS pun membalas dengan meluncurkan serangan pesawat tak berawak ke target Daesh/ISIS di Kabul, yang diklaim AS sedang merencanakan serangan lebih lanjut. Serangan drone AS pada Ahad telah menewaskan sedikitnya tiga anak.