REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Muhammad Syafi’ie el-Bantanie, Founder Ekselensia Tahfizh School
dan Direktur Lembaga Pengembangan Insani Dompet Dhuafa
Ketika Maryam tengah larut beribadah dalam mihrabnya, tiba-tiba malaikat Jibril datang untuk menyampaikan berita bahwa Maryam akan memiliki seorang anak suci yang kelak akan menjadi nabi dan rasul. Sudah pasti Maryam terkejut dan terheran. Bagaimana bisa ia akan mendapatkan seorang anak, sedang belum pernah ada seorangpun yang menyentuhnya, dan Maryam adalah perempuan suci. Namun, demikianlah keputusan Allah.
Maka, Maryam pun mengandung. Ketika saat melahirkan sudah dekat, Maryam mengasingkan diri ke tempat yang jauh. Ia bersandar pada sebatang pohon kurma. Lalu, lahirlah Isa putra Maryam. Kelahirannya yang tanpa ayah menjadi tanda kebesaran dan kekuasaan Allah. Selepas kelahiran Isa, fitnah dan tuduhan kepada Maryam sudah menanti. Benar saja. Saat Maryam kembali kepada kaumnya dengan menggendong bayi Isa, Bani Israil menuduh dan memfitnah dengan sangat keji.
Allah Maha Mengetahui segalanya. Sebelumnya, Allah telah berpesan kepada Maryam agar jika bertemu dengan seseorang, katakanlah bahwa aku sedang berpuasa untuk tidak berbicara dengan siapapun.
“…Jika engkau melihat seseorang, maka katakanlah, ‘Sesungguhnya aku bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pengasih, maka aku tidak akan berbicara dengan siapapun pada hari ini.’” (QS. Maryam [19]: 26).
Mengapa Allah memerintahkan Maryam untuk diam? Karena, meski dijelaskan kisah sebenarnya, mereka tidak akan percaya. Mereka akan tetap menuduh dan memfitnah Maryam dengan keji. Maka, biarlah Allah yang membungkam mulut-mulut mereka. Kemudian, Allah ilhamkan kepada Maryam agar menunjuk kepada bayinya.
Warga Bani Israil terheran-heran, “Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan?”
Atas kuasa Allah, Isa ‘alaihissalam yang masih dalam buaian itu berbicara dengan fasihnya. Maka, terbantahlah semua tuduhan Bani Israil terhadap Maryam dan terbungkamlah mulut mereka. Inilah cara Allah membungkam mulut Bani Israil yang lancang menuduh dan memfitnah Maryam. Ajaib.
Belajar dari Bunda Maryam, pernahkah Anda dituduh melakukan suatu perbuatan tercela, namun sebenarnya Anda tidak pernah melakukannya? Semua sorot mata tertuju kepada Anda dan seolah menghakimi. Anda disudutkan dan seperti tiada celah untuk membela diri. Jika Anda menghadapi situasi seperti itu, bagaimana sikap Anda?
Biasanya ketika menghadapi situasi tersebut, kebanyakan orang bereaksi melakukan pembelaan. Berdebat keras untuk membuktikan bahwa tuduhan itu tidak benar, bahkan sebuah fitnah. Ini wajar sebetulnya. Siapa yang rela nama baiknya dicemarkan? Pastinya tidak ada.
Namun demikian, dalam menghadapi situasi seperti itu, belajar dari Maryam, ada kalanya diam lebih baik. Yang penting kita telah menjelaskan duduk persoalan sebenarnya. Jika masih ada yang tidak percaya dengan penjelasan kita, abaikan saja. Tak perlu dilayani dan berdebat dengannya. Biarlah pada waktunya Allah yang akan menyingkap kebenaran sesungguhnya. Tugas Anda adalah tetap istiqamah dalam kebenaran dan kebaikan.