Rabu 08 Sep 2021 19:45 WIB

67 Persen Anak Terinfeksi Covid-19 tak Bergejala

Gejala Covid-19 pada anak cukup luas dan beragam.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Indira Rezkisari
Orang tua murid merapikan seragam sekolah anaknya sebelum masuk ke dalam kelas di SD Negeri 10 Kendari, Kendari, Sulawesi Tenggara, Rabu (8/9/2021). Covid-19 pada anak harus diwaspadai karena sebagian besar anak yang terinfeksi virus corona tidak menunjukkan gejala.
Foto: ANTARA/JOJON
Orang tua murid merapikan seragam sekolah anaknya sebelum masuk ke dalam kelas di SD Negeri 10 Kendari, Kendari, Sulawesi Tenggara, Rabu (8/9/2021). Covid-19 pada anak harus diwaspadai karena sebagian besar anak yang terinfeksi virus corona tidak menunjukkan gejala.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman merilis 67 persen anak yang terinfeksi Covid-19 tidak menunjukkan gejala. Dokter Spesialis Anak Mesty Ariotedjo membenarkan data tersebut dan ketika menunjukkan gejala ternyata bisa bervariasi, termasuk demam.

Ia menjelaskan, tingkat penularan anak kecil lebih rendah, angkanya hanya 13 persen pada anak. "67 persen anak terinfeksi Covid-19 tidak menunjukkan gejala," ujarnya di konferensi virtual Kementerian Kesehatan bertema Q&A Bagaimana Melindungi Anak dari Covid-19?, Rabu (8/9).

Baca Juga

Ia menambahkan, gejala Covid-19 luas sekali. Bahkan, rekan-rekannya bisa mendapatkan anak tertular virus itu mengalami diare, ruam, demam, batuk pilek. Jadi, ia meminta kalau orang tua mencurigai anak terpapar Covid-19 bila menunjukkan gejala tersebut.

"Kalau Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyarankan anak ada (menunjukkan) satu gejala baru seperti infeksi dan di rumah memang ada orang tua yang kerja dari kantor atau harus keluar tetapi protokol kesehatannya lengah, maka harus langsung mengevaluasi kondisi anaknya dengan melakukan tes  polymerase chain reaction (PCR). Karena tes PCR jadi gold standard untuk memastikannya," katanya.

Kemudian, dia melanjutkan, kalau anak terkonfirmasi terpapar Covid-19, dia melanjutkan, maka ia harus menjalani isolasi mandiri (isoman). Kemudian, dia melanjutkan, kalau selama menjalani isoman ternyata anak mengalami gejala sesak napas atau hidungnya kembang kempis, dadanya ada cekungan maka langsung dibawa ke rumah sakit (RS).

"Kita juga harus punya oximeter, pastikan saturasinya diatas 95 persen. Kalau dibawah itu bawa ke fasilitas kesehatan," ujarnya.

Begitu juga kalau suhunya menunjukkan di atas 38 derajat celcius bisa dipertimbangkan dibawa ke faskes. Selain itu, ia meminta kalau anak tak mau makan dan minum juga harus langsung dibawa ke fasilitas pelayanan kesehatan.

Mesty mengutip data nasional yang menunjukkan bahwa anak yang dirawat di RS sebanyak 10 persen, tetapi tak ada data menyebutkan gejala beratnya. Kendati demikian, ia mengutip hasil data tujuh center anak Indonesia bahwa anak-anak yang dirawat di rumah ternyata 30 persen di antaranya mengalami gejala sedang dan 5-10 persen mengalami gejala berat.

Kemudian kalau yang dirawat di rumah sakit, dia melanjutkan, ternyata 5 hingga 9 persen di antaranya meninggal dunia. "Tetapi ini tidak bisa diaplikasikan ke komunitas karena ini kan anak yang dirawat," ujar perempuan yang juga pendiri @tentanganakofficial tersebut.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement