Kamis 09 Sep 2021 17:38 WIB

Dilema PTM: Anak Bosan PJJ, Tetapi Covid-19 Masih Mengancam

Ada pemda yang masih belum berani buka kembali sekolah meski berstatus PPKM Level 3.

Murid mengikuti kegiatan belajar mengajar saat hari pertama pembelajaran tatap muka (PTM) di SD Ar Rafi, Jalan Sekejati, Kiaracondong, Kota Bandung, Rabu (8/9). Pemerintah Kota Bandung kembali menggelar pembelajaran tatap muka (PTM) secara terbatas di 330 sekolah yang meliputi PAUD/TK, SD, SMP dan SMA dengan menerapkan protokol kesehatan ketat serta membatasi jumlah murid sebanyak 50 persen dari kapasitas kelas dan sisanya mengikuti pembelajaran secara daring. Foto: Republika/Abdan Syakura
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Murid mengikuti kegiatan belajar mengajar saat hari pertama pembelajaran tatap muka (PTM) di SD Ar Rafi, Jalan Sekejati, Kiaracondong, Kota Bandung, Rabu (8/9). Pemerintah Kota Bandung kembali menggelar pembelajaran tatap muka (PTM) secara terbatas di 330 sekolah yang meliputi PAUD/TK, SD, SMP dan SMA dengan menerapkan protokol kesehatan ketat serta membatasi jumlah murid sebanyak 50 persen dari kapasitas kelas dan sisanya mengikuti pembelajaran secara daring. Foto: Republika/Abdan Syakura

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Ronggo Astungkoro, Fauziah Mursid, Silvy Diah Setiawan, Dessy Suciati Saputri

Survei Median terhadap 1.000 orang tua murid sebagai responden acak menghasilkan kesimpulan bahwa, mayoritas siswa-siswi sudah bosan dengan sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau secara daring. Sebagian besar dari orang tua yang menyatakan hal tersebut berada di Pulau Jawa.

Baca Juga

"Yang mengatakan sudah mulai bosan dan sangat bosan itu kalau ditotal kan itu bosan ya, itu 41,4 persen. Nah yang menyatakan senang itu hanya 9,7 persen," ungkap Direktur Eksekutif Median, Rico Marbun, pada konferensi pers daring, Kamis (9/9).

Berdasarkan data hasil survei yang dia tunjukkan, dari 41,4 persen itu, 17,5 persen di antaranya merupakan orang tua yang merasa anaknya sudah sangat bosan menjalani PJJ. Sementara 22,9 sisanya menyatakan anak-anak mereka sudah mulai bosan dengan kegiatan PJJ.

Sementara itu, angka 9,7 persen orang tua yang melihat anaknya senang menjalani PJJ itu terdiri dari 6,9 persen yang menyatakan anaknya merasa senang sekali dan 3,4 persen yang merasa anaknya senang saja.

Di luar yang menyatakan bosan dan senang, ada 4,9 persen orang tua yang menilai anaknya biasa saja menjalani PJJ dan ada 44 persen yang tidak tahu atau tidak menjawab.

"Jadi memang perasaan orang tua ini memang mereka melihat bahwa anak-anak yang selama hampir dua tahun ini melakukan PJJ mayoritasnya itu bosan," kata Rico.

Jika dilihat secara wilayah, yakni di Jawa dan di luar Jawa, angka tertinggi responden yang menyatakan anaknya merasa bosan dengan PJJ berada di Jawa, yakni sebesar 41,7 persen. Persentase responden yang anaknya merasa bosan melakukan PJJ di luar pulau Jawa ada di angka 39,3 persen.

"Di Jawa itu yang menyatakan merasa bosan itu ada 41,7 persen, yang senang itu 10 persen, biasa saja 4,2 persen. Dibandingkan dengan yang ada di luar Jawa itu yang menyatakan bosan itu 39,3 persen," jelas dia.

Ketika ditanya terkait tantangan yang dihadapi anak-anak dalam mengikuti PJJ, ada tiga tantangan yang paling sering dijawab oleh para responden. Tantangan-tantangan itu terkait dengan fasilitas pendukung serta kurikulum yang diberlakukan selama pelaksanaan PJJ sejauh ini.

Menurut Rico, sebanyak 62,7 responden yang menyatakan tantangan yang dihadapi anak dalam mengikuti PJJ adalah koneksi internet yang buruk. Kemudian 48,7 persen responden merasa tantangan utama mereka adalah tidak memiliki ponsel yang kompatibel. Lalu 42 persen responden merasa kurikulum yang ada sulit diikuti menjadi tantangan utama.

"Ini berarti hampir dua per tiga dari orang tua yang ada di Indonesia ini menyatakan bahwa salah satu hambatan yang paling besar itu ya koneksi internet," ungkap Rico.

Dalam melakukan penelitian ini, Median mengambil sebanyak 1.000 responden yang merupakan warga Indonesia pemilik hak pilih, yang berusia 17 tahun ke atas. Margin of error survei ini kurang lebih tiga persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Pengambilan data dilakukan pada 19-26 Agustus 2021 dan sampel yang terpilih dipilih secara acak dengan teknik multistage random sampling dan proporsional atas populasi provinsi dan gender.

In Picture: PTM Terbatas, Bus Sekolah Kembali Beroperasi

photo
Pelajar menaiki bus sekolah usai mengikuti pembelajaran tatap muka (PTM) di SMK Negeri 15 Jakarta, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (3/9). Dinas Perhubungan DKI Jakarta melalui Unit Pengelola (UP) Angkutan Sekolah mengoperasikan sebanyak 70 bus sekolah untuk membantu sarana transportasi gratis bagi pelajar yang mengikuti PTM secara terbatas yang melayanai 20 rute reguler dan 13 rute zonasi. Republika/Thoudy Badai - (Republika/Thoudy Badai)

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement