Kamis 09 Sep 2021 19:48 WIB

Memanfaatkan Kehidupan di Penjara untuk Beribadah

Bagi Nursi, penjara laksana tempat mengucilkan diri untuk fokus beribadah.

Rep: Muhyiddin/ Red: Ani Nursalikah
Memanfaatkan Kehidupan di Penjara untuk Beribadah
Memanfaatkan Kehidupan di Penjara untuk Beribadah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ulama dan pemikir besar asal Turki Badiuzzaman Said Nursi mengatakan ketika seorang pemuda melewatkan satu jam saja dari 24 jam dalam satu hari di penjara  dengan mengerjakan sholat lima waktu, bertaubat dari dosa dan maksiat yang menjebloskannya ke dalam penjara, serta menghindari berbagai kejahatan, ia akan kembali dengan membawa sejumlah manfaat besar kepada kehidupannya, masa depannya, negaranya dan bangsanya.

Di samping itu, ia juga akan menjadi pemuda abadi di surga yang penuh nikmat sebagai ganti dari kenikmatan dunia, yang tidak lebih dari lima belas tahun. "Hakikat ini diberitakan dan diinformasikan dengan sangat meyakinkan oleh semua kitab suci samawi, terutama Alqur’an al-Karim," tulis Nursi dalam bukunya yang berjudul Tuntunan Generasi Muda terbitan Risalah Nur. 

Baca Juga

Menurut Nursi, ketika seorang pemuda  mensyukuri nikmat masa mudanya yang indah dengan bersikap istiqamah dan taat, masa muda tersebut akan bertambah, akan kekal abadi, serta akan menjadi lebih nikmat. Jika tidak, ia akan menjadi bencana dan musibah yang menyakitkan, serta dihiasi dengan kerisauan dan kesediahan yang menyulitkan sehingga hilang percuma. Akhirnya, masa muda hanya menjadi bencana bagi dirinya, karib kerabatnya, negara, dan bangsanya.

Nursi melanjutkan setiap jam yang dilewati oleh para tahanan yang dihukum dengan zalim akan menjadi seperti ibadah satu hari penuh selama ia melaksanakan kewajiban. Baginya, penjara laksana tempat uzlah dan mengucilkan diri dari manusia sebagaimana kaum zuhud dan abid berdiam diri di gua-gua untuk fokus beribadah. Artinya, ia bisa menjadi seperti kaum zuhud yang saleh tersebut.

Setiap jam yang ia lewati jika berada dalam kondisi fakir, sakit, lanjut usia, dan merindukan hakikat iman sama seperti ibadah selama 20 jam dengan  syarat mengerjakan kewajiban dan bertobat. Baginya, penjara laksana sekolah pendidikan dan tempat menebarkan kasih sayang. 

Nursi mengatakan ia melewati hari-harinya bersama koleganya dalam keadaan lapang, di samping perasaan lapang dan tatapan penuh kasih dari  banyak orang. Bahkan, bisa jadi ia lebih senang berada di penjara dibanding bebas berkeliaran di luar di mana dosa dan maksiat telah mengepung dari berbagai sisi. Ia merasa nyaman dengan pelajaran yang ada di penjara. 

Ketika keluar dari penjara, ia pun keluar bukan sebagai sosok pembunuh atau sosok yang ingin melakukan balas dendam. Namun, ia keluar sebagai orang yang sudah bertaubat dan telah banyak mendapat pengalaman hidup sehingga menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negaranya. 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement