REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI - Sementara ribuan orang dilaporkan meninggal karena bunuh diri di India setiap tahunnya, para ahli pun mengkhawatirkan lonjakan angka bunuh diri karena krisis ekonomi selama pandemi Covid-19.
Selama Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia yang diperingati pada Jumat, para psikiater mengatakan bahwa wabah Covid-19 telah meningkatkan masalah kesehatan mental yang berpotensi pada bunuh diri. Berdasarkan Biro Catatan Kejahatan Nasional, India melaporkan 139.123 kasus bunuh diri pada 2019, meningkat 3,4 persen dibanding tahun sebelumnya.
“Kita harus memfokuskan diri pada isu kesehatan mental selama pandemi. Kita juga harus meningkatkan infrastruktur dan aksesibilitas ke layanan kesehatan mental,” kata Shubhangi R. Parkar, mantan kepala departemen psikiater di King Edward Memorial Hospital di Mumbai, kepada Anadolu Agency.
Menurut studi oleh jurnal medis Lancet pada 2018, kontribusi India terhadap kematian akibat bunuh diri di tingkat globat telah meningkat dari 25,3 persen pada 1990 menjadi 36,6 persen pada 2016 di kalangan perempuan dan dari 18,7 persen menjadi 24,3 persen di kalangan pria.
Menurut Dr. Shubhangi, yang merupakan salah satu psikiater terkemuka di India, meskipun pandemi bisa saja segera berakhir, tetapi dampaknya dapat memengaruhi kesehatan psikologis dalam waktu yang lama.
"Kehilangan pekerjaan sekaligus bertambahnya beban ekonomi menjadi faktor utama yang memicu krisis mental seperti depresi dan PTSD [gangguan stres pascatrauma]. Mereka dapat terjebak dalam keputusasaan yang mengarah pada keinginan bunuh diri," jelas dia.
Adarsh Kohli, psikiater lainnya, mengatakan karena sejumlah faktor seperti perlambatan ekonomi, kehilangan pekerjaan, meningkatnya kecemasan, depresi, dan ketidakmampuan untuk menjangkau orang-orang telah meningkatkan insiden bunuh diri selama pandemi.
Masalah kesehatan mental berdampak pada semua golongan usia
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, bunuh diri muncul sebagai masalah kesehatan masyarakat yang paling serius di India. Populasi berusia 15-29 tahun, orang-orang lanjut usia, dan orang-orang berkebutuhan khusus adalah kelompok yang paling rentan.
Dr. Sandeep Bhola, seorang psikiater pemerintah provinsi Punjab Utara, mengatakan India tidak memiliki kebijakan yang memadai untuk mencegah bunuh diri dan stigma yang melekat pada kesehatan mental. "Menciptakan kesadaran dan menghapus semua stigma adalah kunci untuk menghadapi situasi ini," ujar Bhola.
"Para pembuat kebijakan dan profesional kesehatan mental harus memiliki pemahaman yang sama dan mengambil tindakan yang tepat untuk membantu orang-orang itu," kata dia lagi.
Johnson Thomas, direktur Aasra, sebuah organisasi non-pemerintah yang berbasis di Mumbai yang bekerja di bidang kesehatan mental, mengatakan kelompok rentan bunuh diri telah berubah sejak pandemi.
"Sebelumnya banyak siswa dan orang dewasa muda yang berjuang melawan depresi dan memiliki keinginan untuk bunuh diri karena tekanan teman sebaya, pendidikan, karier, hingga masalah percintaan. Namun sekarang kami mendapat telepon dari semua kelompok umur yang berjuang dengan masalah eksistensial, pengangguran, kehilangan pendapatan, utang yang menumpuk, hingga ketidakmampuan untuk menyediakan makanan atau tempat tinggal bagi orang yang mereka cintai," ungkap Thomas.
Awal tahun ini, Kementerian Kesehatan India mengadopsi sejumlah langkah untuk mengatasi dampak Covid-19 pada kesehatan mental, termasuk menyediakan sarana hotline untuk memberikan dukungan psikologis kepada semua warga yang terkena dampak.