REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rezim otokratis dan partai-partai Islam di dunia Arab memiliki tantangan tak mudah yakni akui kesalahan lalu belajar memperbaiki diri atau menghadapi pembelotan.
Dilansir dari TRT World pada Sabtu (11/9) pada Rabu lalu Maroko melakukan pemilihan parlemen. Dalam pemilihan parlemen, Partai Keadilan dan Pembangunan Islam (JDP) yang berkuasa kalah telak dari partai beraliran liberal, National Rally of Independents (INR).
INR memenangkan 97 kursi disusul Partai Keaslian dan Modernitas (PAM) 82 kursi. Sedangkan partai JDP yang berkuasa selama 10 tahun terakhir di Maroko hanya memperoleh 12 kursi dari 125 kursi saat pemilihan 2016 lalu.
Partai INR didirikan oleh Adik ipar ayah raja, yakni mendiang Raja Hassan II sedangkan PAM didirikan oleh Fouad Ali El Himma, seorang penasihat dan mantan teman sekolah Raja Mohammed VI.
Perkembangan ini terjadi kurang dari dua bulan setelah kudeta lunak yang dilakukan oleh Presiden Tunisia, Kais Saied, terhadap partai Islam moderat lainnya Annahda yang dipimpin oleh Rached Ghannouchi.