REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menurut perkiraan Komando Pusat Amerika Serikat (CENTCOM), militer AS telah meninggalkan setidaknya 170 armada di Afghanistan. Mantan Presiden AS Donald Trump menyinggung peralatan militer yang ditinggalkan dapat direkayasa ulang oleh China dan Rusia.
"Sekarang saya berkata, 'Bagaimana mereka bisa mengambil peralatan ini?' Dan saya jamin bahwa China dan Rusia sudah memiliki helikopter Apache kami dan mereka membongkarnya untuk mengetahui dengan tepat bagaimana mereka dibuat," ujar Trump, seperti dilansir laman Sputnik News, Ahad (12/9).
Trump mengklaim bahwa musuh AS dapat mengambil keuntungan dari peralatan militer AS yang ditinggalkan di Afghanistan. "Mereka bisa memisahkannya sehingga bisa membuat peralatan yang sama persis. Mereka sangat bagus dalam hal itu. Itu memalukan," katanya.
Mantan presiden berusaha untuk meragukan gagasan bahwa perang AS di Afghanistan telah berakhir. Dia mengambil kesempatan untuk menyentuh jumlah pengungsi Afghanistan yang dibawa ke AS setelah evakuasi, mempertanyakan apakah mereka benar-benar bekerja sebagai penerjemah.
"Ini bukan penerjemah yang kami ambil. Ini adalah orang-orang yang bergegas ke pesawat, dan mereka sangat tertarik untuk mencoba membuatnya terdengar seperti 'Oh, mereka melakukan pekerjaan dengan baik,'" kata Trump.
Trump mengeklaim bahwa para pengungsi Afghanistan bisa menjadi teroris karena sangat kuat dan energik untuk naik ke pesawat.
Menurut Kepala Jenderal CENTCOM Kenneth McKenzie, sebagian besar armada yang telah ditinggalkan di Afghanistan telah didemiliterisasi atau dibuat tidak dapat dioperasikan. USA Today melaporkan bahwa di antara peralatan militer AS yang ditinggalkan setidaknya terdapat 70 kendaraan yang Dilindungi Penyergapan Tahan Ranjau, 27 Humvee, dan 73 pesawat.