Selasa 14 Sep 2021 03:57 WIB

BSSN Ungkap Masalah Utama Seringnya Terjadi Kebocoran Data

BSSN ungkap masalah utama seringnya terjadi kebocoran data lembaga dan kementerian.

Rep: Flori Sidebang / Red: Bayu Hermawan
Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Hinsa Siburian
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Hinsa Siburian

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Hinsa Siburian, menilai terjadinya kebocoran data terhadap sejumlah lembaga/kementerian pemerintah yang terjadi selama ini karena sumber daya manusia (SDM) yang tidak memadai. Ia mengatakan, masih ada lembaga/kementerian yang memilih jalan pintas dengan menggunakan jasa pihak swasta untuk mengamankan data-data tersebut.

"Ini banyak masalah, kenapa? Karena sumber daya manusia (SDM). Masih banyak kementerian, masih ada lembaga, ya sudah, cari jalan pintas saja, hire saja dari swasta, dia (swasta) yang mengamankan datanya dia (lembaga/kementerian). Ini permasalahan yang utama," kata Hinsa dalam acara Pembukaan Program Digital Leadership Academy 2021 yang disiarkan secara virtual, Senin (13/9).

Hinsa pun mengaku sedih ketika data pribadi milik peserta BPJS Kesehatan bocor dan tersebar luas. Diketahui, sebanyak 279 juta dara peserta BPJS Kesehatan dijual di forum peretas Raid Forums pada 12 Mei 2021 lalu. 

Oleh karena itu, Hinsa pun meminta kepada seluruh lembaga maupun kementerian negara untuk membangun SDM dalam mengamankan berbagau data penting yang dimiliki. "Yang seharusnya mengamankan datanya kan harus mereka sendiri toh, masa orang lain," ujarnya.

 

Selain itu, sambung dia, BSSN juga telah mengajak semua lembaga dan kementerian agar menjalankan amanat PP Nomor 71 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik. Dalam aturan ini, jelasnya, telah tercantum bahwa setiap penyelenggara yang menjalankan sistem elektronik harus aman dan handal.

 

"Untuk itu memang kita mengajak semua, terutama instansi pemerintah, benar-benar marilah kita bekerja, kita benahi. Saya sudah sampaikan tadi kita berada dalam paradigma baru, paradigma digital," tutur dia.

 

"Maka kata kuncinya adalah bagaimana kita membangun SDM. Ini ya g menjadi persoalan kita semua. SDM yang bagaimana? Tentu SDM yang (paham) digital," sambungnya.

 

Di sisi lain, Hinsa menambahkan, BSSN mencatat ada 888.711.736 serangan siber yang menimpa Indonesia. Dia menyebut, data itu berdasarkan periode Januari-Agustus 2021.

 

Hinsa menjelaskan, ada tiga jenis serangan siber yang sebagian besar melanda Indonesia, yakni dalam bentuk malware, denial service atau aktivitas yang mengganggu ketersediaan layanan, dan trojan activity. Tak hanya itu, dia mengungkapkan, kerap kali juga terjadi serangan berupa ransomware atau malware yang meminta tebusan dan insiden data-leaks atau kebocoran data.

 

Ia mengatakan, peningkatan serangan siber ini terjadi seiring dengan meningkatknya penggunaan teknologi informasi. Namun, menurutnya, serangan siber yang terjadi di Indonesia masih dalam kondisi yang dapat diantisipasi dengan baik oleh pemerintah.

 

"Semakin banyak atau tingginya tingkat pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, atau digital manfaat atau kemudahan yang kita dapat, sebenarnya itu berbanding lurus dengan risiko dan ancaman keamanan siber," jelas Hinsa. 

 

"Seperti sekarang kita ketahui, kita semua beralih ke ruang siber, maka kerentanan itu, kerawanan (serangan siber) itu cukup besar. Dan kalau kita tidak siap untuk itu, ya memang agak repot," imbuhnya.

 

Selain itu, Hinsa menuturkan, saat ini serangan siber juga dapat menjadikan manusia sebagai sasaran. Dia mencontohkan, serangan siber itu berbentuk berita bohong atau hoaks di media sosial yang mampu memengaruhi cara berpikir seseorang.

 

Maka dari itu, Hinsa menyampaikan, penanganan ruang siber dan informasi sangat penting dilakukan secara terus menerus. Sehingga dapat mencegah dampak negatif dari kemajuan teknologi informasi saat ini. 

 

"Ini harus kita waspadai. Bisa propagan hitam, bisa pembanjiran informasi," katanya.

 

Flori sidebang

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement