REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- LaporCovid-19 mengeluhkan pemerintah daerah di 514 kabupaten dan kota yang tidak seragam dalam transparasi menyajikan statistik data Covid-19 di wilayahnya. LaporCovid-19 memuji Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang transparan dan detil dalam menyampaikan data Covid-19.
Analis data LaporCovid-19, Said Fariz Hibban, mengatakan sebenarnya statistik data Covid-19 terdiri dari kasus Covid-19 yang sembuh dan yang meninggal dunia. "Ini sifatnya menjadi data publik dan tersedia informasi publiknya. Namun, selama ini di 514 kabupaten/kota belum seragam mengenai itu, entah karena efek dari desentralisasi kebijakan jadi punya cara sendiri," ujarnya saat berbicara di konferensi virtual bertema Akuntanilitas dan Transparansi Data Covid-19, Jumat (17/9).
Fariz mencontohkan, data Covid-19 yang ditampilkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sudah lengkap dan bagus karena memiliki data orang dalam pengawasan (ODP), pasien dalam pengawasan (PDP), orang tanpa gejala (OTG), hingga terkonfirmasi positif dan jamnya selalu teratur diunggah. Tak hanya itu, ia memuji data Covid-19 Pemprov DKI Jakarta juga detil sampai level kelurahan.
"Wah ini ngeri betul dan rapi sekali (data Covid-19 DKI Jakarta). Tinggal ambil datanya dan unduh," ucapnya.
Sampai saat ini, dia melanjutkan, data Covid-19 yang ditampilkan DKI Jakarta adalah kasus aktifnya, positif sembuh, isolasi mandiri dan juga yang meninggal dunia. Namun, ia mengingatkan indikator lain yang juga penting yang berhubungan dengan Covid-19 misalnya probable (kemungkinan) meninggalnya.
Menurutnya, data ini juga dibutuhkan masyarakat yang ingin melihat seberapa parah kondisi pandemi terhadap kehidupannya, bukan hanya dari kasusnya saja dan seberapa banyak yang terinfeksi melainkan seberapa banyak yang meninggal dunia akibat Covid-19.
"Sehingga, dalam kondisi darurat seperti sekarang harusnya ada guideline dari atas (pemerintah pusat). Namun, tak ada yang mengarahkan seperti itu," ujarnya.
Menurutnya, guideline penting karena Lapor Covid-19 menilai data di daerah lain seringkali tidak segera diperbarui atau harus menunggu ekstra informasi. Padahal, dia melanjutkan, menyajikan data Covid-19 bukan suatu hal yang sulit meski memang butuh keahlian tertentu untuk mengelola data informasinya. Jadi, dia melanjutkan, semua kembali lagi pada pihak yang bertanggung jawab pada publikasi dan informasi ingin menyajikan data Covid-19 di situs masing-masing seperti apa.
"Itikad pemangku kebijakan masing-masing, jika hanya sekadar diinformasikan di insta story berarti harus ada upaya persuasi informasi disetor dengan baik. Atau siapapun yang mau akses tinggal mengunduhnya dan setelah itu selesai," ujarnya.
Artinya, dia melanjutkan, setelah itu ada pekerjaan rumah tambahan dari tim yang menyajikan data Covid-19 memang membutuhkan keahlian tertentu.