REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gaya hidup aktif, termasuk berolahraga, telah lama digaungkan sebagai bagian pola hidup sehat. Hanya saja, gaya hidup kurang gerak tetap menjadi fenomena umum sampai saat ini.
Sebuah studi terbaru menunjukan bahwa olahraga bukan hanya menyehatkan fisik, tetapi juga dikaitkan dengan mengurangi risiko kecemasan pada pria dan wanita sampai 62 persen. Menurut Pusat Pengendalian Penyakit (CDC) AS, olahraga dapat menurunkan risiko penyakit, meningkatkan kebugaran aerobik, kualitas tidur, kognisi, hingga kesehatan mental.
Sekarang, para peneliti melihat dampak intensitas latihan dan tingkat kebugaran pada perkembangan gangguan kecemasan, dikutip dari Fox News, Jumat (17/9). Temuan yang diterbitkan dalam jurnal Frontiers in Psychiatry pada 10 September itu diambil dari 197.685 pemain ski yang berpartisipasi dalam lomba ski lintas alam jarak jauh Vasaloppet, dan non-pemain ski yang cocok sebagai pembanding.
Untuk melakukan penelitian, para peneliti mengambil data tentang psikiatri dan diagnosis lain dari Swedish National Patient Registry dan mengecualikan individu dengan penyakit parah untuk mengurangi bias ketidakmampuan mereka dalam berpartisipasi. Peneliti juga menganalisis waktu penyelesaian lomba untuk menilai dampak kebugaran fisik dan ekstremitas latihan pada gangguan kecemasan.
"Kami menemukan bahwa memiliki gaya hidup aktif secara fisik (menjadi pemain ski) dikaitkan dengan risiko 60 persen lebih rendah terkena gangguan kecemasan dibandingkan dengan individu yang cocok dari populasi umum dalam sebuah studi observasional yang diikuti hampir 400.000 individu hingga 21 tahun," demikian laporan studi.
Peneliti mengecualikan individu yang mengembangkan kecemasan dalam lima tahun perlombaan. Gangguan kecemasan sebenarnya relatif umum dialami masyarakat.
Data Asosiasi Kecemasan dan Depresi Amerika, menunjukan gangguan kecemasan memengaruhi 40 juta orang dewasa di AS (18,1 persen dari populasi) setiap tahun. Sekitar 10 persen dari populasi global telah terpengaruh oleh gangguan kecemasan.