Jumat 24 Sep 2021 00:08 WIB

Epidemiolog Beberkan Cara Cegah Gelombang Ketiga Covid-19

Epidemiolog ingatkan Indonesia masih berisiko alami gelombang ketiga Covid-19.

Red: Reiny Dwinanda
Tes cepat antigenCovid-19 di layanan PCR dan antigen Swab Test Altomed, Kelapa Gading, Jakarta, Senin (9/8/2021). Epidemiolog mengingatkan gelombang tiga Covid-19 masih mungkin melanda Indonesia.
Foto: ANTARA/Rivan Awal Lingga/hp.
Tes cepat antigenCovid-19 di layanan PCR dan antigen Swab Test Altomed, Kelapa Gading, Jakarta, Senin (9/8/2021). Epidemiolog mengingatkan gelombang tiga Covid-19 masih mungkin melanda Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengingatkan masyarakat di Tanah Air terkait bahaya gelombang ketiga Covid-19. Risiko itu bisa terjadi jika lengah saat penurunan kasus yang terjadi saat ini.

"Masyarakat dan pemerintah harus hati-hati dalam menanggapi penurunan kasus Covid-19 saat ini," kata dia melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis.

Baca Juga

Apalagi, sampai saat ini, vaksinasi yang telah dijalankan oleh pemerintah belum melebihi 50 persen dari seluruh penduduk Indonesia. Untuk itu, kegiatan yang berpotensi menyebabkan peningkatan kasus harus betul-betul dihindari.

"Gelombang ketiga itu sangat bisa terjadi karena cakupan vaksinasi kita masih belum lebih dari setengah populasi yang lengkap," ucap dia.

Masyarakat diminta tidak terlalu cepat merayakan penurunan kasus Covid-19 di Indonesia. Rencana untuk menggelar acara yang mengumpulkan banyak orang sebaiknya dihindari, mengingat Indonesia masih dalam bayang-bayang terjadinya gelombang ketiga lonjakan kasus Covid-19.

"Protokol kesehatan dalam satu kegiatan bukan barang ajaib atau jaminan. Protokol kesehatan akan berfungsi efektif ketika data-data atau indikator memang sudah kuat," ujar Dicky.

Indikator tersebut ialah 3T, yakni pengujian (testing), pelacakan (tracing), dan perawatan (treatment). Jika hal tersebut telah diterapkan dengan baik, maka barulah protokol kesehatan itu kuat.

Baca juga : Penyebab Negara-Negara Alami Lonjakan Meski Vaksinasi Masif

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement