Rabu 29 Sep 2021 13:33 WIB

Trump: Penarikan Tentara AS dari Afghanistan Kekanak-kanakan

Trump menyalahkan Biden atas kekacauan penarikan pasukan AS di Afghanistan.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
Mantan Presiden AS Donald Trump.
Foto: EPAEPA-EFE/DAVID MAXWELL
Mantan Presiden AS Donald Trump.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Selasa (28/9) mengatakan, penarikan pasukan AS dari Afghanistan dikembangkan oleh pemikiran  kekanak-kanakan. Trump melontarkan pernyataan tersebut setelah dua pejabat tinggi militer dan menteri pertahanan AS melakukan audiensi dengan Senat.

Menurut Trump, penarikan pasukan AS dari Afghanistan yang tidak kompeten itu, tidak memiliki keterkaitan dengan pemerintahan di masa lalu. Diketahui, pada Februari 2020 pemerintahan Trump membuat kesepakatan dengan Taliban untuk menarik pasukan asing dari Afghanistan mulai 1 Mei 2021.

Baca Juga

Trump menegaskan bahwa pemerintahan Presiden AS Joe Biden bertanggung jawab atas penarikan pasukan tersebut. "Penarikan yang mengerikan itu disebabkan karena militer keluar sebelum warga Amerika dan membawa peralatan militer kelas tertinggi senilai 85 miliar dolar AS. Penarikan ini dikembangkan oleh pemikiran anak-anak, dan hanya pemerintahan Biden yang bertanggung jawab untuk itu," ujar Trump, dilansir Sputnik News, Rabu (29/9).

Dalam kesaksiannya pada hari Selasa, Menteri Pertahanan Lloyd Austin membenarkan penarikan itu di hadapan Komite Angkatan Bersenjata Senat. Austin beralasan bahwa, mempertahankan pasukan di Afghanistan setelah akhir Agustus akan membahayakan warga dan tidak mengubah jumlah pengungsi yang dievakuasi .

Dalam audiensi dengan Senat, Kepala Staf Gabungan Mark Milley mengatakan, setelah pemilu pada November, dia  menerima perintah dari Presiden Trump  untuk melanjutkan penarikan pasukan AS dari Afghanistan.  Setelah membahas risiko penarikan pasukan dengan Gedung Putih, perintah itu direvisi untuk mengurangi pasukan AS menjadi 2.500. Milley mengatakan, Taliban tidak mematuhi persyaratan perjanjian.

Presiden Biden melakukan peninjauan antarlembaga, setelah menjabat pada Januari lalu. Pada April, Biden mengumumkan penarikan pasukan AS dari Afghanistan yang dilakukan secara bertahap mulai Mei hingga 11 September. Kemudian tanggal batas akhir penarikan pasukan direvisi menjadi 31 Agustus.

 

"Tidak ada alasan untuk terburu-buru, tidak ada tentara yang terbunuh atau bahkan ditembak selama lebih dari 18 bulan. Tapi kemudian Biden dan Milley menarik (pasukan) militer dalam salah satu langkah paling bodoh dalam sejarah. Ini angat menyedihkan bagi bangsa kita," kata Trump.

Baca juga : Taliban akan Adopsi Konstitusi Era Monarki Afghanistan

Membalas Milley

Dalam pernyataan lain, menurut The New York Post, Trump mengarahkan pembalasannya kepada Milley. Sang jenderal mengaku diwawancarai untuk tiga buku yang membeberkan pemerintahan Trump. Trump menyindir Milley dengan mengatakan bahwa, Milley terlalu sibuk dengan wawancara buku sehingga melupakan masalah Afghanistan.

“Tidak heran penarikan Afghanistan adalah bencana seperti itu. Jenderal Milley menghabiskan seluruh waktunya berbicara dengan para penulis buku palsu ini. Dia bukan Prajurit atau Jenderal, dia agen hubungan masyarakat. Amerika akan terus kalah dengan Milley dan membangunkan jenderal televisi yang hanya ingin menjadi bintang," kata Trump.

Trump berulang kali mengecam penarikan pasukan AS  dan kekacauan proses evakuasi warga pada Agustus lalu. Menjelang berakhirnya penarikan pasukan, terjadi serangan bom bunuh diri di sekitar bandara Kabul yang menewaskan 13 tentara AS dan ratusan warga sipil lainnya. Menurut Trump, penarikan pasukan AS tersebut harus diselidiki lebih lanjut.

"Ini perlu diselidiki lebih lanjut. Tiga belas pahlawan Amerika tewas, miliaran dolar peralatan, dan ratusan orang Amerika masih tertinggal di Afghanistan bersama Taliban," kata Trump.

Trump telah berulang kali mengecam evakuasi warga yang kacau dari negara itu melalui bandara Kabul, termasuk fakta bahwa sebagian besar pasukan militer meninggalkan negara itu sebelum warga sipil. Trump secara eksplisit mengatakan bahwa, pemerintah seharusnya menarik militer setelah semua orang keluar dari Afghanistan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement