Selasa 05 Oct 2021 07:20 WIB

IDI: Hoaks Bisa Membunuh Masyarakat

Sejak pandemi, hoaks kesehatan semakin banyak.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Reiny Dwinanda
Penyebarluasan hoaks kesehatan semakin banyak sejak pandemi Covid-19 melanda.
Foto: Republika
Penyebarluasan hoaks kesehatan semakin banyak sejak pandemi Covid-19 melanda.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ikatan Dokter Indonesia (IDI) memantau ada 42,1 persen hoaks kesehatan sebelum pandemi Covid-19. Hoaks terkait kesehatan berada di posisi tiga setelah isu Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan (SARA) dan politik.

Saat kondisi pandemi, penyebarluasan hoaks kesehatan lebih banyak lagi. Bahkan, kondisi itu berdampak pada tenaga kesehatan, salah satunya kekerasan terhadap perawat dan dokter di lapangan.

Baca Juga

"Hoaks bisa membunuh masyarakat, kalau terkait masalah kesehatan," kata Ketua Tepilih PB IDI, dr. Moh Adib Khumaidi SpOT dalam acara virtual "Kontroversi Hoaks dan Pseudosains Kesehatan di Media Sosial" yang diselenggarakan Perhimpunan Profesional Kesehatan Muslim Indonesia (Prokami), Ahad (3/10).

Adib mengatakan, timnya mengupayakan adanya kontrol sosial. Apalagi, penyebar hoaks bukan hanya masyarakat umum. Tenaga kesehatan ada juga yang menjadi sumber hoaks.

Hoaks paling banyak berupa teks dan gambar, entah berupa berita palsu, umpan klik, informasi bias, ketinggalan informasi, hingga propaganda. Tema hoaks-nya beragam, mulai dari tips kesehatan, resep tradisional, penemuan terbaru, informasi seolah-olah menjadi info terbaru dan mencenangkan, hingga hasil penelitian yang melawan manfaat vaksin Covid-19.

Apa yang membuat hoaks semakin menjamur? Adib menjelaskan, pandemi menyebabkan dislokasi sosial. Artinya, kondisi seseorang yang mengalami interaksi atipikal yang tidak bisa diselesaikan dalam jangka waktu lama sehingga bisa menimbulkan emosi negatif, depresi, dan dapat menganggu kesehatan mental.

"Inilah yang kemudian dengan mudahnya masyarakat menerima informasi yang kita sebut hoaks atau pseudosains," kata Adib.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement