Senin 11 Oct 2021 14:34 WIB

Eks Perwira Intelijen Ungkap Pemasukan Tersembunyi Korut

Pemimpin Korut disebut terlibat dalam transaksi narkoba dan jual beli senjata ilegal.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
Seorang pejalan kaki menonton layar besar, menampilkan berita TV yang melaporkan peluncuran rudal balistik Korea Utara lainnya dengan foto pemimpinnya Kim Jon-un, di Tokyo, Jepang, 28 September 2021.
Foto: EPA-EFE/KIMIMASA MAYAMA
Seorang pejalan kaki menonton layar besar, menampilkan berita TV yang melaporkan peluncuran rudal balistik Korea Utara lainnya dengan foto pemimpinnya Kim Jon-un, di Tokyo, Jepang, 28 September 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Perwira militer senior dan mantan intelijen Korea Utara Kim Kuk-song mengungkapkan kebobrokan pemerintahan Pyongyang. Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan BBC, Kim menggambarkan bahwa pemimpin Korea Utara melakukan segala macam upaya untuk mendapatkan uang, mulai dari transaksi narkoba hingga penjualan senjata di Timur Tengah dan Afrika.

Kim kuk-song mengatakan, dia berada di Departemen Operasi dan diperintahkan untuk mengumpulkan dana revolusioner buat Pemimpin Tertinggi. Perintah tersebut berarti berurusan dengan obat-obatan terlarang.

Baca Juga

Kim Kuk-song mengatakan, produksi obat-obatan terlarang Korea Utara di bawah pimpinan Kim Jong-il mengalami masa sulit. Saat itu, Departemen Operasional kehabisan dana revolusioner untuk Pemimpin Tertinggi. Kim kuk-song kemudian berupaya untuk meningkatkan produksi obat-obatan terlarang agar bisa memberikan pemasukan kepada pemimpin negara.

 

 "Setelah ditugaskan untuk mengumpulkan dana revolusioner, saya membawa tiga orang asing dari luar negeri ke Korea Utara, membangun basis produksi di pusat pelatihan kantor penghubung 715 Partai Buruh, dan memproduksi obat-obatan ICE (shabu kristal). Kemudian kita bisa mencairkannya ke dolar untuk dipersembahkan kepada Kim Jong-il," kata Kim Kuk-song, dilansir BBC, Senin (11/10).

 

Penjelasannya tentang perdagangan narkoba saat ini masuk akal.  Korea Utara memiliki sejarah panjang produksi obat-obatan terlarang, kebanyakan adalah heroin dan opium.  Seorang mantan diplomat Korea Utara untuk Inggris, Thae Yong-ho, yang juga membelot, mengatakan kepada Forum Kebebasan Oslo pada  2019 bahwa, Korea Utara telah terlibat dalam perdagangan narkoba yang disponsori negara. Di sisi lain, Korea Utara berusaha untuk memperbaiki epidemi kecanduan narkoba domestik yang meluas.

 

Kim Kuk-song mengatakan, semua hasil penjualan narkoba masuk ke kantong pemimpin Korea Utara. Uang itu digunakan untuk kebutuhan pribadi seperti membeli makanan, membangun vila, dan membeli mobil mewah. "Semua uang di Korea Utara adalah milik pemimpin Korea Utara. Dengan uang itu, dia akan membangun vila, membeli mobil, membeli makanan, membeli pakaian, dan menikmati kemewahan," ujar Kim Kuk-song.

 

Sumber pendapatan lain, berasal dari penjualan senjata ilegal ke Iran, yang dikelola oleh Departemen Operasi. Kim Kuk-song mengatakan, Korea Utara sangat pandai dalam membangun kapal selam canggih. "Ada kapal selam khusus, semi-submersible. Korea Utara sangat pandai membangun peralatan canggih seperti ini," ujar Kim Kuk-song.

 

Kesepakatan senjata Korea Utara dengan Iran telah menjadi rahasia umum sejak 1980-an, termasuk rudal balistik. Korea Utara terus memajukan pengembangan senjata pemusnah massal, meskipun dikenai sanksi internasional yang ketat. 

 

Pada September, negara tersebut menguji empat sistem senjata baru termasuk rudal jelajah jarak jauh baru, sistem peluncuran kereta untuk rudal balistik, rudal hipersonik, dan rudal anti-pesawat.

 

Menurut Kim Kuk-song, Pyongyang juga menjual senjata dan teknologi ke negara-negara yang berperang. Dalam beberapa tahun terakhir, PBB menuduh Korea Utara memasok senjata ke Suriah, Myanmar, Libya dan Sudan. PBB memperingatkan bahwa senjata yang dikembangkan di Pyongyang bisa berada di sudut dunia lainnya yang berkonflik.

 

Kim Kuk-song menjalani kehidupan istimewa di Korea Utara. Dia mengaku telah diberikan mobil Mercedes-Benz oleh bibi Kim Jong-un, dan diizinkan bepergian ke luar negeri secara bebas untuk mengumpulkan uang bagi pemimpin Korea Utara.

 

Kim Kuk-song mengatakan, dia menjual logam langka dan batu bara untuk mengumpulkan jutaan uang tunai. Uang itu dibawa kembali ke Korea Utara dalam sebuah koper.

 

Tentara peretas

 

Selain itu,  Pyongyang juga telah menciptakan 6.000 tentara peretas yang terampil. Menurut Kim Kuk-song, mantan pemimpin Korea Utara Kim Jong-il, memerintahkan pelatihan personel baru pada 1980-an untuk mempersiapkan perang siber. "Universitas Moranbong akan memilih siswa paling cerdas dari seluruh negeri dan menempatkan mereka melalui enam tahun pendidikan khusus," kata Kim Kuk-song.

 

Pejabat keamanan Inggris percaya bahwa unit Korea Utara yang dikenal sebagai Grup Lazarus berada di balik serangan siber yang melumpuhkan bagian dari NHS dan organisasi lain di seluruh dunia pada 2017. Kelompok yang sama diyakini telah menargetkan peretasan terhadap Sony Pictures pada 2014.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement