Kamis 14 Oct 2021 15:54 WIB

PBB Desak Penyelidikan Atas Kematian Eks Menteri Venezuela

Eks menteri Venzuela Raul Baduel dikenal sebagai pembangkang dan jadi tahanan politik

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Christiyaningsih
 Dalam foto yang diambil dari video yang disediakan oleh UN Web TV, Presiden Venezuela Nicolas Maduro berbicara dari jarak jauh pada sesi ke-76 Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam pesan yang direkam sebelumnya, Rabu 22 September 2021, di markas besar PBB.
Foto: AP/UN Web TV
Dalam foto yang diambil dari video yang disediakan oleh UN Web TV, Presiden Venezuela Nicolas Maduro berbicara dari jarak jauh pada sesi ke-76 Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam pesan yang direkam sebelumnya, Rabu 22 September 2021, di markas besar PBB.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Kantor hak asasi manusia PBB mendesak Venezuela untuk melakukan penyelidikan independen atas kematian mantan menteri Raul Baduel di penjara. Baduel dikenal sebagai seorang pembangkang terkemuka yang dianggap sebagai tahanan politik oleh oposisi Venezuela.

"Kami menyerukan Venezuela untuk memastikan penyelidikan independen, mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk menjamin akses ke perawatan kesehatan bagi para tahanan, mempertimbangkan langkah-langkah alternatif penahanan, dan membebaskan semua yang ditahan secara sewenang-wenang," ujar Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia Michelle Bachelet dilansir Aljazirah, Kamis (14/10).

Baca Juga

Baduel ditangkap pada 2009 atas tuduhan korupsi setelah berselisih dengan Partai Sosialis. Dia akhirnya ditempatkan dalam tahanan rumah dan kemudian dijebloskan ke penjara pada 2017 karena diduga berkonspirasi melawan Presiden Venezuela Nicolas Maduro. Dua putra Baduel juga telah ditangkap atas dugaan konspirasi.

Baduel merupakan seorang pensiunan jenderal dan menjabat sebagai menteri pertahanan Venezuela di bawah mantan Presiden Hugo Chavez.  Namun hubungan keduanya kemudian memburuk setelah Baduel menentang reformasi konstitusi yang diusulkan oleh Chavez.

Jaksa Agung Venezuela Tarek Saab pada Selasa (12/10) mengumumkan kematian Baduel. Jaksa mengatakan Baduel meninggal akibat terinfeksi virus corona. Saab tidak menjelaskan apakah Baduel meninggal dunia ketika dirawat di rumah sakit atau di penjara. Baduel telah ditahan di sebuah penjara polisi intelijen Sebin.

"Kami menyesalkan kematian Raul Isaias Baduel karena gagal jantung-pernapasan akibat terinfeksi Covid-19, dia menerima perawatan medis yang sesuai dan telah mendapatkan vaksin dosis pertama," kata Saab.

Keluarga Baduel menjelaskan mereka mengetahui kematiannya melalui Twitter. Istri Baduel, Cruz Zambrano de Baduel, mengaku belum mendapatkan telepon dari pihak berwenang untuk mengonfirmasi kematian suaminya.

“Saya belum menerima telepon dari siapa pun di pemerintahan,” ujar Cruz Zambrano de Baduel kepada saluran internet EVTV.  

Cruz Zambrano de Baduel mengatakan dia terakhir kali bertemu dengan suaminya sekitar empat pekan lalu. Dia tidak meyakini suaminya tertular Covid-19. Sementara kelompok hak asasi manusia menyalahkan pemerintah atas kematian Baduel.

"Dengan kematian Raul Isaias Baduel, berarti ada sepuluh tahanan politik yang meninggal dalam tahanan. Tanggung jawab atas kehidupan dan kesehatan setiap tahanan berada pada negara," ujar pengacara Foro Penal, organisasi hak asasi yang menyediakan bantuan hukum, Gonzalo Himiob.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement