REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Keluarga Shireen Abu Akleh kecewa dengan hasil penyelidikan independen yang gagal mengungkapkan pelaku dibalik kematian jurnalis veteran Aljazirah tersebut. Pihak keluarga tidak akan menyerah dan terus berupaya mencari keadilan serta akuntabilitas.
Pada Senin (4/7/2022), Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) mengatakan, para penyelidik telah menemukan fakta tembakan militer Israel "kemungkinan bertanggung jawab" atas kematian Abu Akleh. Tetapi analisis forensik tidak menemukan alasan bahwa penembakan itu disengaja.
"Shireen dibunuh dengan sengaja. Seluruh penyelidikan mengecewakan mengingat fakta bahwa kami (tidak) mengetahui proses apa pun, tidak ada transparansi. Kami tidak diberi informasi yang cukup mengenai penyelidikan dan kami mengetahuinya pada menit terakhir,” kata Lina Abu Akleh, dilansir Aljazirah, Selasa (5/7/2022).
Abu Akleh ditembak di kepala saat meliput serangan tentara Israel di kamp pengungsi Jenin di wilayah pendudukan Tepi Barat. Dia terkena tembakan meskipun mengenakan rompi antipeluru dan helm bertuliskan "Press".
Pejabat Palestina, kelompok hak asasi internasional dan media melakukan penyelidikan independen masing masing. Mereka menyimpulkan bahwa Abu Akleh dibunuh oleh militer Israel. Keluarga Abu Akleh mengatakan, terlepas dari temuan penyelidikan, mereka akan terus memperjuangkan keadilan dan pertanggungjawaban atas kematian kerabatnya.
“Ini sangat mengecewakan. Kami akan terus berjuang untuk keadilan. Kami akan terus berjuang untuk akuntabilitas dan mengakhiri impunitas, karena hasil kami terima hari ini hanya menambah impunitas yang dinikmati Israel. Kami tidak akan berkecil hati dan kami akan melanjutkan jalan kami untuk keadilan dan akuntabilitas," ujar Lina Abu Akleh.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Ned Price, mengatakan, penyelidikan independen telah melakukan analisis forensik yang sangat rinci dari peluru yang membunuh Abu Akleh setelah diserahkan oleh Otoritas Palestina.
Menurut surat kabar Times of Israel, Israel memeriksa peluru di hadapan perwakilan AS. Departemen Luar Negeri mengatakan, peluru itu mengalami kerusakan sehingga sulit untuk mencapai kesimpulan.
“Sejak hari pertama, Israel telah mencoba untuk mengubah narasi dan menggunakan peluru telah menjadi salah satu dari banyak narasi mereka. Tapi ini bukan akhir,” kata Lina Abu Akleh.
Lina Abu Akleh menyerukan penyelidikan yang adil dan transparan. Dia dan keluarganya meminta PBB, terutama Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) untuk menangani kasus Shireen dengan antusiasme yang sama seperti penyelidikan terhadap Ukraina.
“Kami tetap meminta pertanggungjawaban. Kami masih menyerukan keadilan. Dan bagi AS untuk benar-benar melakukan penyelidikan independen, bebas dari tekanan politik apa pun, dan untuk memberikan penyelidikan yang tepat bagi Shireen seperti dia mendapatkan warga negara AS.
Lina Abu Akleh juga mengatakan, media dan masyarakat sipil yang lebih luas memiliki peran untuk memastikan keadilan. Lina menyerukan agar semua yang terlibat bertanggung jawab atas pembunuhan Shireen.
“Semua jurnalis juga harus mengambil platform mereka dan terus melakukan advokasi terkait pembunuhan Shireen, pada akhirnya, seorang jurnalis jadi sasaran yang akan dibunuh oleh militer Israel," ujar Lina Abu Akleh.