REPUBLIKA.CO.ID, KANDAHAR -- Komunitas Syiah di provinsi Kandahar selatan Afghanistan prihatin dengan situasi keamanan di negara itu menyusul serangan mematikan di masjid-masjid kelompok mereka dalam dua pekan terakhir.
Kelompok teror Daesh/ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangan di masjid yang menewaskan sedikitnya 47 orang dan melukai puluhan lainnya di kota Kandahar selatan pada Jumat pekan lalu.
"Serangan di masjid Fatimiya dilakukan oleh dua pelaku bom bunuh diri," menurut sebuah pernyataan Daesh di media sosial.
Sumber, https://www.aa.com.tr/id/dunia/syiah-di-afghanistan-ketakutan-di-tengah-serangan-masjid/2395140.
Ledakan itu terjadi seminggu setelah serangan bom lain menewaskan 46 orang di sebuah masjid Syiah di provinsi Kunduz, Afghanistan utara.
Serangan ini juga diklaim oleh kelompok teror Daesh/ISIS. Berbicara kepada Anadolu Agency di masjid Fatimiya, beberapa warga Afghanistan menuduh Taliban tidak mengambil langkah-langkah keamanan yang diperlukan.
Sementara warga lainnya mengatakan tidak ada kelalaian dari kelompok Taliban dalam kejadian ini. Mereka mengatakan tujuan serangan itu adalah untuk memicu perang sektarian di di Afghanistan.
"Kami sangat khawatir. Keamanan sebagian besar orang mungkin telah terjamin, tetapi situasinya menjadi sangat buruk bagi minoritas. Terutama warga Syiah Afghanistan di Kandahar dalam bahaya," ucap seorang warga, yang tidak mau disebutkan namanya untuk alasan keamanan kepada Anadolu Agency.
Raza Karimi, yang berada di masjid pada saat serangan, mengatakan Syiah Afghanistan harus melindungi diri mereka sendiri dan meningkatkan langkah-langkah keamanan mereka.
“Kami khawatir tentang keselamatan kami. Jika Taliban ingin menjadi pemerintah, mereka harus memastikan keamanan kami tanpa membeda-bedakan antara Syiah dan Sunni.”
Muhammad Ismail Rafiki, saksi mata lainnya, mengatakan: "Saya tidak dapat menggambarkan serangan ini sebagai sebuah kelalaian... Ini adalah pemerintahan yang sangat baru. Jika mereka (Taliban) telah berada di pemerintahan selama beberapa tahun dan insiden ini terjadi, saya akan menyebutnya sebagai kelalaian."