REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Dua kabupaten/kota di Jawa Barat (Jabar) masuk daerah level 1 Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri (Inmendagri) Nomor 53 Tahun 2021. Kedua daerah tersebut adalah Kabupaten Pangandaran dan Kota Banjar.
Sementara daerah yang masuk level 2 PPKM adalah Kabupaten Bandung Barat, Bekasi, Karawang, Sumedang, Kota Bandung, Kota Bekasi, Kota Bogor, Kota Cimahi, Kota Cirebon, Kota Depok, dan Kota Sukabumi.
Untuk daerah yang masuk level 3 adalah Kabupaten Bogor, kabupaten Bandung, Ciamis, Cianjur, Kabupaten Cirebon, Garut, Indramayu, Kuningan, Majalengka, Purwakarta, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Subang dan Kota Tasikmalaya.
Gubernur Jabar Ridwan Kamil menyambut baik adanya dua daerah yang masuk level 1 PPKM. Namun, dia menilai, seharusnya kalau tanpa indikator cakupan vaksinasi Covid-19, lebih banyak daerah di Jabar yang masuk ke level 1 PPKM.
"Yang level 1 sebenarnya banyak. Tapi, karena ada indeks vaksinasi, mengakibatkan banyak daerah di level 2. Namun, dari sisi epidemiologi sebenarnya hak level 1-nya sudah memungkinkan," ujar Ridwan Kamil, yang akrab disapa Emil, di Gedung Sate, Kota Bandung, Selasa (26/10).
Oleh karena itu, pihaknya mendorong vaksinasi terus digenjot di semua daerah. "Capaian vaksinasi kan 400 ribu sehari sudah juara. Bogor yang besar saja sudah hebat mendekati 50 persen. Itu artinya kuncinya di vaksinasi," katanya.
Berdasarkan data di Pikobar, per Selasa (26/10), jumlah masyarakat yang telah vaksinasi dosis 1 di Jabar ada 20.869.087 atau sekitar 55,05 persen. Sementara masyarakat Jabar yang telah mendapatkan dosis 2 ada 12.071.111 atau sebesar 31,84 persen.
Sebelumnya, Wakil Ketua Divisi Percepatan Vaksinasi Satgas Penanganan Covid-19 Jabar Atalia Praratya Ridwan Kamil mengapresiasi semua pihak yang turut mempercepat dan memperluas cakupan vaksinasi Covid-19.
"Kasus masih naik-turun. Artinya kita tidak boleh lengah, karena itu saya apresiasi vaksinasi didukung semua pihak, termasuk OJK dan seluruh masyarakat," ujar Atalia.
Atalia mengatakan, percepatan vaksinasi intens dilakukan. Selain bagi pelajar untuk mendukung pembelajaran tatap muka, vaksinasi bagi kelompok lansia pun terus ditingkatkan. Dalam pekan vaksinasi pelajar, satu siswa harus mengajak orang tua atau kakek/nenek untuk ikut divaksin.
"Satu siswa bawa satu lansia itu sangat bagus karena kami masih punya pekerjaan rumah (PR) yaitu lansia," kata Atalia.
Selain itu, menurut Atalia, salah satu kendala dalam vaksinasi lansia, khususnya di perdesaan, yaitu sulitnya akses menuju tempat penyuntikan vaksin. Oleh karena itu, pihaknya menggerakkan para bidan untuk jemput bola ke rumah-rumah lansia.
"Mereka belum divaksin karena sulitnya akses transportasi. Mau ke sentra vaksinasi kejauhan, maka kami punya program menggerakkan para bidan desa untuk jemput bola," kata Atalia.
Faktor lain yang menyebabkan lansia belum divaksin yakni masih banyaknya hoaks. Untuk itu, Atalia yang juga Bunda Literasi Jabar terus mendorong peningkatan literasi masyarakat, khususnya di perdesaan, terkait pentingnya vaksinasi Covid-19.
"Masih ada masyarakat yang termakan hoaks, ada microchip-nya lah, bisa meninggal lah dan lainnya," katanya.