REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Sebuah makalah di The Economic Journal menunjukkan kebijakan Eat Out to Help Out kemungkinan berkontribusi pada penyebaran SARS-CoV-2, virus corona tipe baru penyebab Covid-19, di Inggris. Pada Agustus 2020, Pemerintah Inggris mendorong warga untuk mengunjungi restoran, kafe, bar, dan pub demi membantu menyelamatkan bisnis.
Lewat program Eat Out to Help Out, masyarakat mendapatkan potongan harga hingga 10 pound (sekitar Rp 195 ribu) untuk makanan dan minuman non-alkohol yang memenuhi syarat yang dibeli di restoran dan pub dari Senin hingga Rabu antara 3 Agustus hingga 31 Agustus 2020. Para ahli memperkirakan pemerintah memberikan subsidi 160 juta makanan dengan total biaya sebesar 849 juta pound (Rp16,5 triliun).
Penulis makalah sekaligus profesor ekonomi di University of Warwick, Inggris, Thiemo Fetzer, menjelaskan bahwa tanpa skema Eat Out to Help Out pun sudah ada bukti keramaian di dalam ruangan dapat meningkatkan tingkat penyebaran Covid-19. Makalah Fetzer untuk membuktikan hubungan sebab-akibat antara kebijakan dan tingkat infeksi di Inggris pada saat itu.
"Covid-19 tidak akan hilang dalam waktu dekat, jadi sangat penting bagi kita untuk belajar dari pandemi ini untuk membuat masyarakat kita lebih kuat," kata Fetzer, dilansir Medical News Today, Jumat (29/10).
"Melalui kegagalan dan kesalahan Inggris dalam menanggapi pandemi, para akademisi sekarang dapat menggunakannya untuk menghasilkan pengetahuan yang bermanfaat bagi negara lain," ujar Fetzer.