Ahad 31 Oct 2021 11:26 WIB

AS Jatuhkan Sanksi atas Program Drone Iran

Menurut AS, Iran dapat menggunakan program drone untuk menyebabkan kekacauan

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Christiyaningsih
Menurut AS, Iran dapat menggunakan program drone untuk menyebabkan kekacauan di kawasan. Ilustrasi.
Foto: AP/Iranian state TV via AP video
Menurut AS, Iran dapat menggunakan program drone untuk menyebabkan kekacauan di kawasan. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) telah menerapkan serangkaian sanksi yan menargetkan program drone tempur Iran. Menurut AS, Iran dapat menggunakan program drone tersebut untuk menyebabkan kekacauan di kawasan dan Afrika Timur.

Departemen Keuangan AS pekan ini menjatuhkan sanksi terhadap tokoh Korps Pengawal Revolusi Iran (IRGC) Saeed Aghajani yang merupakan kepala komando unit kendaraan udara tak berawak (UAV). Sanksi juga menimpa dua perusahaan yang mengembangkan drone Iran dan menyediakan komponen untuk mereka yaitu Kimia Part Sivan dan Oje Parvaz Mado Nafar.

Baca Juga

Program drone tempur Teheran adalah target utama sanksi Departemen Keuangan. Amerika Serikat mengatakan Aghajani merupakan tokoh di balik serangan terhadap fasilitas minyak Saudi pada 2019 dan serangan terhadap kapal komersial di lepas pantai Oman pada Juli tahun ini.

Departemen Keuangan mengutuk pasokan drone Iran kepada kelompok-kelompok proksinya seperti Hizbullah di Lebanon dan Houthi di Yaman. Departemen Keuangan juga menyatakan UAV Iran telah terlihat di wilayah Tigray di Ethiopia yang sedang mengalami konflik.

"Proliferasi UAV Iran di seluruh wilayah mengancam perdamaian dan stabilitas internasional. Departemen Keuangan AS akan terus meminta pertanggungjawaban Iran atas tindakannya yang tidak bertanggung jawab dan penuh kekerasan," ujar Wakil Menteri Keuangan Wally Adeyemo dilansir Middle East Monitor, Ahad (31/10).

Bulan lalu, Israel menuduh IRGC memberikan pelatihan UAV kepada kelompok-kelompok milisinya di dekat kota Isfahan di Iran. Belum lama ini, drone Iran dilaporkan bertanggung jawab atas serangan terhadap pangkalan militer AS, Al-Tanf di Suriah timur.

Juni lalu, Iran juga mengklaim drone buatan mereka memiliki jangkauan sejauh 7.000 kilometer. Jarak tersebut cukup jauh untuk menjangkau negara-negara di kawasan itu dan sekitarnya termasuk Israel.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement