REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Organisasi sosial-keagamaan Muslim terbesar di India, Jamiat Ulama-i-Hind, akan memperbaiki masjid-masjid yang dirusak di negara bagian timur laut Tripura pekan lalu. Tak hanya itu, mereka juga akan merehabilitasi rumah-rumah Muslim yang juga menjadi sasaran perusuh.
Sebuah tim pencari fakta dari kelompok yang dipimpin Sekretaris Jenderal Moulana Hakimuddin Qasmi ini mengunjungi berbagai wilayah negara bagian untuk menilai kerusuhan komunal. Awal pekan ini, Asosiasi untuk Perlindungan Hak Sipil mengatakan setidaknya ada 27 insiden yang dikonfirmasi dari gerombolan sayap kanan menyerang masjid, rumah, maupun individu di wilayah Muslim di negara bagian tersebut.
Kelompok hak asasi mengatakan, hampir semua serangan dilakukan oleh berbagai kelompok sayap kanan, termasuk sayap kanan Vishva Hindu Parishad, yang seolah-olah berkumpul untuk memprotes kekerasan anti-Hindu di Bangladesh.
"Perlu dicatat di SepahiJala (kabupaten), sebuah tempat yang berjarak hanya 30 kilometer dari Agartala, ibu kota Tripura, para perusuh mengobrak-abrik masjid dan menghalangi umat Islam selama beberapa hari terakhir untuk shalat," kata Jamiat dalam sebuah pernyataan, dikutip di Anadolu Agency, Ahad (31/10).
Dalam pernyataan yang sama, ia menambahkan delegasinya juga ditugaskan mengunjungi daerah-daerah yang terkena dampak kerusuhan dan masjid-masjid yang menjadi target. Kelompok tersebut telah meminta izin dari polisi untuk mengunjungi bagian-bagian yang paling terkena dampak di wilayah itu. Setelahnya, Jamiat telah memutuskan akan memperbaiki masjid-masjid yang terkena dampak dan merehabilitasi rumah yang digeledah.
Terkait situasi di distrik SepahiJala, kepala polisi distrik Krishnendu Chakravertty mengatakan setidaknya dua insiden pengrusakan masjid oleh penjahat tak dikenal telah dilaporkan minggu lalu.
"Dua upaya pengrusakan namun gagal dilakukan terjadi di dua masjid. Sekarang situasinya terkendali dan shalat berjalaam diadakan secara normal pada hari Jumat," ujarnya.
Dalam sebuah pernyataan, Presiden Jamiat Maulana Mahmood Madani mencatat tidak ada tindakan yang diambil oleh pemerintah terhadap mereka yang melakukan penistaan terhadap Nabi Muhammad SAW. Meski banyak kelompok mengatakan masjid telah diserang, polisi negara bagian membantah ada insiden masjid dibakar. Bahkan, polisi wilayah itu mengatakan Sabtu bahwa situasinya sekarang terkendali.
"Ini benar-benar terkendali dan semuanya normal di lapangan. Insiden yang terjadi sangat kecil. Hal-hal seperti ini dibesar-besarkan," kata Wakil Inspektur Jenderal Polisi (Jangkauan Utara) Lalhminga Darlong.
Pengadilan tinggi negara bagian juga meminta laporan dari pemerintah negara bagian tentang insiden komunal yang dilaporkan di negara bagian, dengan tenggat waktu 10 November nanti.