REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Novita Intan/Dedy Darmawan Nasution/Dadang Kurnia/Lilis Sri Handayani/S Bowo Pribadi
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan inflasi sebesar 0,12 persen pada Oktober 2021. Penyebabnya, kenaikan harga beberapa komoditas di bawah kelompok makanan, minuman, dan tembakau.
Kepala BPS Margo Yuwono mengatakan, komoditas seperti cabai merah, minyak goreng, dan daging ayam ras menjadi pemicu kenaikan inflasi. "Cabai merah dan minyak goreng berikan andil inflasi 0,05 persen, daging ayam ras berikan andil 0,02 persen," ujarnya saat konferensi pers virtual, Senin (1/11).
Kemudian, kelompok lainnya yang menyumbang inflasi berasal dari transportasi sebesar 0,33 persen. Adapun kelompok itu memberikan andil ke inflasi sebesar 0,04 persen.
Menurutnya inflasi tahunan sebesar 1,66 persen ini lebih tinggi dibandingkan tahun lalu dan merupakan inflasi tahunan pada Mei 2021, sebesar 1,68 persen saat momentum lebaran. "Inflasi ini merupakan yang kedua tertinggi tahun ini," katanya.
BPS juga melihat tren inflasi semakin tinggi jelang akhir 2021. Berdasarkan komponennya, komponen bergejolak (volatile foods) inflasi 0,07 persen dengan andil 0,01 persen. Adapun volatile foods, terdiri dari komponen energi dengan inflasi 0,1 persen dan andil 0,01 persen serta komponen bahan makanan 0,03 persen dan andil 0,01 persen.
Lalu, inflasi inti sebesar 0,07 persen dan andil 0,05 persen. Sedangkan komponen harga diatur pemerintah (administered price) inflasi 0,33 persen dengan andil 0,06 persen.
Namun, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam keterangan resmi, Selasa (2/11), menyatakan, pada penghujung Oktober 2021, inflasi Indonesia terkendali di tengah pemulihan ekonomi domestik, dan terjadinya kenaikan inflasi di sejumlah negara di dunia. Dia menyebut, realisasi inflasi Oktober 2021 sebesar 0,12 persen month to month (mtm), 1,66 persen year on year (yoy), dan 0,93 persen year to date (ytd) atau sedikit di bawah rentang target yang ditetapkan.
Stabilnya angka inflasi juga disokong oleh membaiknya kondisi di sektor kesehatan, sehingga aktivitas masyarakat kembali bergerak dan konsumsi kembali meninggi. Dalam sebulan terakhir, kata dia, pemerintah telah menurunkan level PPKM hampir di seluruh daerah seiring melandainya jumlah kasus Covid-19.