REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Pengamat Komunikasi Politik dari Universitas Indonusa Esa Unggul Jamiluddin Ritonga menilai, Partai Golkar dan PDIP tidak akan ada dalam satu poros koalisi.
"Saya lihatnya gini kemungkinan poros PDIP-Gerindra akan usung Prabowo-Puan. Poros selanjutnya kemungkinan poros Golkar dengan Nasdem," ujar Jamiluddin saat dihubungi, Jumat (12/11).
Menurutnya, skenario pasangan Prabowo-Puan sudah tercium jauh hari, sejak Prabowo masuk dalam kabinet. "Saat itu ada info bahwa Prabowo dan Mega ada deal. PDIP akan usung Prabowo kalau Prabowo mau masuk Kabinet Jokowi," ungkapnya. Informasi tersebut diyakini benar oleh Jamilludin.
Koalisi PDIP-Gerindra tersebut diprediksi akan berhadapan dengan poros koalisi Golkar-Nasdem.
Golkar dinilai tidak akan berkoalosi dengan PDIP dan lebih mungkin dengan Nasdem lantaran ingin mengusung Ketua Umumnya Airlangga Hartarto sebagai Capres.
"Indikasinya adalah karena Golkar ingin usung Airlangga jadi Capres. Karena itu sulit berpasangan dengan calon dari PDIP," ulasnya.
Jamiluddin menilai ada beberapa skenario pasangan. "Apakah memang Airlangga akan dipasangkan dengan Ganjar, seperti yang disampaikan Nurdin Halid, atau dengan yang lain," ujarnya.
Menurut Jamiluddin kemungkinan pasangan Airlangga-Ganjar kecil terjadi. Kemungkinan terbesar justru memasangkan Airlangga dengan Anies Baswedan atau Ridwan Kamil.
Poros ketiga juga diprediksi muncul dari partai-partai menengah seperti PKS bersama Demokrat yang mungkin juga akan diisi PPP atau PAN. " Saya lihat kemungkinan yang diusung Anies dan mungkin AHY, atau Anies- Ridwan Kamil," pungkasnya.
Sebelumnya, Wakil Ketua Umum Partai Golkar, Nurdin Halid menyambut baik banyaknya relawan yang mendukung Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sebagai calon presiden (capres) 2024. Jika Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) tak memberikan posisi tersebut, partainya disebut siap menampungnya.
"Kalau Ganjar tidak ada tempat di partai, Golkar terbuka. Apakah di nomor satu (capres) atau nomor dua (cawapres)? itu soal nanti," ujar Nurdin di Gedung Nusantara III, Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis (11/11).
Ia menjelaskan, Partai Golkar memang berusaha mengusung Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto sebagai capres. Namun, untuk maju dalam kontestasi, partainya tentu membutuhkan koalisi dan pasangan dari Airlangga, mengingat ambang batas pencalonan presiden adalah sebesar 20 persen.