Senin 22 Nov 2021 13:02 WIB

Dua dari 17 Misionaris AS yang Diculik di Haiti Dibebaskan

Christian Aid Ministries mengonfirmasi pembebasan dua sandera misionaris AS

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Christiyaningsih
 Dengan latar belakang gereja Katolik Santo Petrus, pedagang kaki lima menunggu pelanggan di luar sekolah Nasional Lycée di distrik Petion Ville, Port-au-Prince, Haiti, Senin, 27 September 2021. Christian Aid Ministries mengonfirmasi pembebasan dua sandera misionaris AS.
Foto: AP/Rodrigo Abd
Dengan latar belakang gereja Katolik Santo Petrus, pedagang kaki lima menunggu pelanggan di luar sekolah Nasional Lycée di distrik Petion Ville, Port-au-Prince, Haiti, Senin, 27 September 2021. Christian Aid Ministries mengonfirmasi pembebasan dua sandera misionaris AS.

REPUBLIKA.CO.ID, PORT-AU-PRINCE -- Dua dari 17 misionaris Kristen Amerika Serikat (AS) yang diculik di Haiti telah dibebaskan. Hal ini dikonfirmasi oleh Christian Aid Ministries pada Ahad (21/11). Namun mereka tidak dapat menyebutkan nama-nama misionaris yang dibebaskan karena alasan keamanan.

"Kami telah mengetahui dua sandera di Haiti telah dibebaskan. Kami bersukacita atas pembebasan ini dan kami prihatin dengan 15 orang lainnya yang masih ditahan,” ujar Christian Aid Ministries dalam sebuah pernyataan dilansir Aljazirah, Senin (22/11).

Baca Juga

Sebanyak 16 orang Amerika dan satu orang Kanada, termasuk lima anak-anak, diculik pada Oktober setelah mengunjungi panti asuhan. Supir Haiti mereka juga disandera.

Pemimpin geng yang menculik kelompok itu mengancam akan membunuh para sandera kecuali tuntutannya dipenuhi. Pihak berwenang mengatakan geng yang dikenal sebagai 400 Mawozo menuntut uang tebusan sebesar satu juta dolar AS per orang.

Juru bicara Kepolisian Nasional Haiti Gary Desrosiers membenarkan bahwa dua sandera telah dibebaskan pada Ahad. FBI yang membantu pihak berwenang Haiti untuk membebaskan para sandera menolak berkomentar.

Pembebasan itu dilakukan saat Haiti berupaya menangani lonjakan kekerasan dan penculikan terkait geng penculik. Pemerintah AS belum lama ini mendesak warga Amerika untuk meninggalkan Haiti karena alasan keamanan dan kurangnya bahan bakar. Kekurangan bakar bakar yang disebabkan oleh geng yang memblokir terminal distribusi bahan bakar.

Kekurangan bahan bakar memaksa rumah sakit menolak pasien dan melumpuhkan transportasi umum. Bahkan beberapa sekolah tutup dan operasional kegiatan bisnis tutup lebih cepat.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement