REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR — Dari enam koridor yang tersedia di Kota Bogor, baru empat di antaranya yang bisa beroperasi untuk melayani layanan transportasi massal Biskita Transpakuan di Kota Bogor tahun ini. Hal itu disebabkan karena Jalan Suryakencana yang akan digunakan untuk Koridor 3 dan 4, tengah ditata dalam program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bogor, Eko Prabowo, menjelaskan adanya pemataan kawasan perekonomian pecinan di kawasan Suryakencana, Kota Bogor membuat operasional Biskita Transpakuan di Koridor 3, Bubulak-Ciparigi dan Koridor 4, Ciawi-Ciparigi, harus ditunda.
“Jadi kalau kita paksakan koridor itu berjalan, jelas tidak akan mencapai rupiah per kilometer. Makanya Koridor 3 itu kita breakdown untuk tahun depan, berikut Koridor 4,” ujar Eko, Rabu (24/11).
Selain beroperasi di Koridor 5, Ciparigi-Stasiun Bogor, Eko mengatakan, 10 bus tambahan akan segera beroperasi di Koridor 6, Parung Banteng-Warung Jambu melalui Regional Ring Road (R3). Sehingga, sudah ada 20 dari 49 total bus yang akan diterima tahun ini.
Eko menjelaskan, 10 bus tersebut setelah dilakukan pemeriksaan fisik di pool bus Lorena, akan segera dilakukan pemeriksaan kir di Dishub Kota Bogor, oleh para fungsional penguji kendaraan bermotor. Sambil dipersiapkan plat kuning untuk bus-bus 3/4 itu beroperasi.
“Akan kita selesaikan (pemeriksaan) kirnya. Ini untuk mengisi Koridor 6, kalau mau lihat kawasan Summarecon, ke Air Mancur naik bus ini ke arah Parung Banteng membelah dr tengah ke utara. Ini semuanya sudah diperhitungkan masak-masak,” ujar dia.
Setelah di Koridor 6, lanjut Eko, akan dilanjut di Koridor 1 tujuan Bubulak-Cidangiang yang akan membelah Kota Bogor dari arah barat ke timur. Selanjutnya, koridor terakhir di tahun ini, yakni Koridor 2 jurusan Bubulak-Cidangiang/ Baranangsiang-Ciawi yang akan membelah Kota Bogor dari bagian barat hingga ke daerah Ciawi.
Eko berharap, dua koridor sisanya dapat segera beroperasi, seiring dengan selesainya penataan kawasan pecinan Suryakencana pada akhir Desember. Sebab, jika dipaksakan beroperasi, bus yang beroperasi di trayek tersebut tidak bisa diperkirakan rupiah per kilometernya. Bahkan, standar pelayanan minimalnya tidak akan tercapai.
“Kasihan bagi teman-teman yang akan melakukan pelayanan dengan baik, malah terganggu. Mudah-mudahan Januari atau Februari, sudah ada pembukaan layanan yang diteruskan oleh Konsorsium di Kota Bogor baik PDJT, Kodjari, dan Lorena,” ujarnya.
Eko menambahkan, animo masyarakat Kota Bogor yang menjajal Biskita Transpakuan selama beroperasi secara gratis dalam tiga pekan ini cukup luar biasa. Dengan jumlah penumpang rata-rata per hari mencapai 2.000 orang, pada akhir puncak.
“Terlepas tujuan masyarakat ada masing-masing punya tujuan, tapi masyarakat itu memang terbantu. Adanya Biskita Transpakuan ini diharapkan memudahkan masyarakat untuk pemilihan moda transportasi yang aman, nyaman, dan ramah,” ujar dia.