Kamis 25 Nov 2021 08:29 WIB

Negosiator Nuklir Iran Gelar Pertemuan dengan UEA

Negosiator nuklir Iran Ali Bagheri Kani bertemu dengan pejabat senior Uni Emirat Arab

Rep: Lintar Satria/ Red: Christiyaningsih
 Foto satelit dari Planet Labs Inc. menunjukkan fasilitas nuklir Natanz Iran pada hari Rabu, 14 April 2021.
Foto: ap/Planet Labs Inc.
Foto satelit dari Planet Labs Inc. menunjukkan fasilitas nuklir Natanz Iran pada hari Rabu, 14 April 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Negosiator nuklir Iran Ali Bagheri Kani bertemu dengan pejabat senior Uni Emirat Arab (UEA) dalam kunjungannya ke negara itu. Kunjungan ini dilakukan saat Abu Dhabi sedang berusaha mengurangi ketegangan dengan Teheran.

Pada Rabu (24/11) kantor berita WAM melaporkan Bagheri Kani yang juga menjabat sebagai wakil menteri luar negeri Iran bertemu dengan penasihat diplomasi presiden UEA Anwar Gargash dan Menteri Negara Urusan Luar Negeri UEA Khalifa Shaheen Almarar.

Baca Juga

Pertemuan itu menekankan pentingnya memperkuat hubungan 'berdasarkan bertetangga yang baik dan sikap saling menghormati'. WAM melaporkan kedua belah pihak juga membahas bekerja sama untuk stabilitas dan kemakmuran kawasan dan mengembangkan hubungan bilateral di bidang ekonomi dan perdagangan.

Kunjungan ini dilakukan menjelang pertemuan antara kekuatan-kekuatan global dengan Teheran mengenai kesepakatan nuklir 2015 di Wina. Negara-negara Teluk mengkritik pertemuan itu karena tidak menyinggung program rudal dan proksi Iran di kawasan.

Pada awal bulan ini Gargash mengatakan UEA telah mengambil langkah menurunkan ketegangan dengan Iran. Pekan lalu pejabat tinggi Iran dan negara Teluk itu mengatakan delegasi UEA akan segera berkunjung ke Teheran.

Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden ingin menegosiasikan kembalinya AS ke Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA). Pada 2018 mantan presiden AS Donald Trump mengeluarkan Washington dari kesepakatan nuklir itu.

Kemudian Trump menerapkan kembali sanksi-sanksi terhadap Iran. Tidak lama kemudian Iran melanggar ketentuan yang ditetapkan dalam JCPOA seperti membangun persedian uranium yang diperkaya.

Negara-negara Teluk tidak yakin dengan peran pemerintah Biden di kawasan dan ingin menghindari eskalasi yang terjadi pada tahun 2019, ketika kapal-kapal tanker mereka termasuk infrastruktur energi Arab Saudi diserang. Arab Saudi yang terkunci dalam beberapa konflik proksi dengan Iran di kawasan itu menggelar pertemuan dengan rivalnya April lalu. Riyadh menggambarkan pembicaraan tersebut 'ramah' tapi menegaskan sifat pertemuan ini masih eksploratif.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement