REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi I DPR Hillary Brigitta Lasut, angkat bicara terkait Surat Telegram permohonan ajudan pribadi dari prajurit TNI. Dirinya membenarkan adanya permohonan tersebut.
"Benar, saya menyurat ke KSAD untuk memohon bantuan pengamanan sesuai dengan Permen Nomor 85 Tahun 2014," kata Hillary dikutip lewat unggahan di Instagram miliknya yang sudah dikonfirmasi Republika, Kamis (2/12).
Hillary mengaku, memilih pengawalan dari TNI lantaran dianggap memiliki fisik dan mental yang selalu siap dalam keadaan darurat. Selain itu, dirinya mengaku, lebih nyaman meminta bantuan TNI.
"Saya terlalu sering merepotkan pak Kapolri kalau meminta dari kepolisian, terkait banyaknya kasus masyarakat kecil di Sulut yang saya kawal, saya merasa lebih nyaman kali ini meminta bantuan TNI," ungkapnya.
Sebagai perempuan yang belum menikah dan masih berusia 20-an, dirinya mengaku, tidak mudah berkecimpung di dunia politik yang dinamis dan tidak tertebak. Keharusan bertugas di luar dan bertemu banyak orang, serta sering mengutarakan pendapat yang terkadang berbeda dengan rakyat justru memunculkan kekhawatiran baginya.
"Belum lagi saya tinggal sendiri di ibu kota dengan bibi dan adik-adik saya yang semua masih kecil, dan ayah yang bertugas di daerah perbatasan yang membuat saya mempertimbangkan sebaiknya ada pengamanan," jelasnya.
"Tidak ada yang kuat secara fisik di rumah, adik laki-laki saya yang paling besar baru lulus SMP, yang paling kecil baru 3 tahun," imbuhnya.
Selain itu, ia mengungkapkan, alasan membutuhkan pengamanan. Ini khusus lantaran dirinya sering berselisih paham dengan banyak pihak. Hal itu, dilakukan hanya untuk mempertahankan apa yang dianggap benar dilakukan untuk masyarakat Sulut.
"Tetapi kalau saya tidak memastikan keselamatan saya dan adik-adik, saya tidak akan bisa terus bersikap berani untuk masyarakat di tengah banyaknya ancaman," ucapnya.
Sebelumnya beredar Surat Telegram (ST) seleksi prajurit bernomor ST/3274/202. Surat Telegram tersebut dari Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Dudung Abdurachman ditujukkan kepada Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) dan Danjen Kopassus. Lalu Surat Telegram ini ditembuskan kepada KSAD, Wakasad, Irjenad, Aspers Panglima TNI.
"Mengirimkan personel bintara sebanyak satu orang untuk diseleksi dalam rangka penugasan sebagai ajudan pribadi Hillary Brigitta Lasut Anggota Komisi I DPR RI Fraksi NasDem," bunyi surat telegram tersebut.
Surat Telegram juga menyebut sejumlah kriteria bagi prajurit TNI calon ajudan pribadi Hillary. Di antaranya mulai dari Pangkat Sertu KMA di usia 24-27 tahun, lalu belum menikah, memiliki motivasi KMA yang tinggi, bekerja dengan tanggap, cekatan, solutif dan cakap belerja sama. Kemudian sehat jasmani dan rohani, tidak dalam proses hukum.