Kamis 02 Dec 2021 17:02 WIB

Ilmuwan Bikin Cangkir Plastik dari Sperma Salmon

Cangkir sperma salmon ini diklaim sebagai solusi berkelanjutan masalah polusi global.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Para peneliti dari Universitas Tianjin China telah mengembangkan plastik biodegradable yang berasal dari sperma salmon dan minyak sayur.
Foto: Journal of American Chemical Society via New
Para peneliti dari Universitas Tianjin China telah mengembangkan plastik biodegradable yang berasal dari sperma salmon dan minyak sayur.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Para peneliti dari Universitas Tianjin China telah mengembangkan plastik biodegradable yang berasal dari sperma salmon dan minyak sayur. Mereka mengeklaim ini adalah solusi berkelanjutan untuk masalah polusi plastik secara global.

Temuan menjanjikan ini tercipta dengan mengekstraksi untaian DNA dari sperma salmon dan melarutkan materi genetik dalam air dengan ionomer untuk menghasilkan gel yang cukup lentur sehingga bisa dicetak dalam berbagai bentuk. Material tersebut kemudian melalui metode pengeringan-beku (freeze-dried) untuk mengatur bentuknya.

Baca Juga

Eksperimen mereka mengarah pada pembuatan cangkir dan potongan puzzle yang terbuat dari plastik berbasis DNA. Baik DNA maupun plastik terbuat dari polimer yang mungkin terbentuk secara alami atau sintetis, dan pertama kali tersedia pada tumbuhan, hewan, bakteri, dan bahan bakar fosil.

Studi yang diterbitkan dalam Journal of American Chemical Society ini menghasilkan produk yang terlihat dan terasa seperti produk plastik pada umumnya. Kabar baiknya adalah proses pembuatan cangkir dan puzzle bioplastiknya menghasilkan kurang dari 5 persen emisi.

“Sepengetahuan kami, plastik DNA yang kami laporkan adalah bahan yang paling ramah lingkungan dari semua plastik yang dikenal,” kata pemimpin studi Dayong Yang, seperti dilansir di New York Post, Kamis (2/12).

Tentu saja, produk plastik yang umum digunakan sekarang bisa menampung cairan. Jadi, meskipun produk akhir peneliti masih tampak tak layak, para peneliti menyarankan bahwa wadah bioplastik tersebut harus disempurnakan dengan material kedap air yang bisa mengurangi daur ulangnya.

Peneliti mencatat bahwa temuan ini menjadi angin segar dalam hal biodegradabilitas, emisi karbon, konsumsi energi dan kualitas pemrosesan. Penelitian mereka datang ketika para ilmuwan berjuang untuk menemukan solusi untuk mengurangi sampah plastik.

Koalisi Polusi Plastik melaporkan pada tahun 2019, terdapat lebih dari 30 juta ton plastik dibuang setiap tahun di AS. Hanya 8 persen yang didaur ulang, dan sebagian besar sisanya berakhir di tempat pembuangan sampah, sementara satu hingga dua juta ton lainnya berserakan di darat dan di laut, di mana ia dapat dipecah menjadi mikroplastik, dan kemudian dikonsumsi kembali oleh hewan dan manusia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement