Kamis 02 Dec 2021 21:59 WIB

PKB Memiliki Tanggung Jawab Membesarkan NU

PKB harus makin berperan dalam era dua abad NU.

Jusuf Kalla dan Muhaimin Iskandar dalam acara
Foto: PKB
Jusuf Kalla dan Muhaimin Iskandar dalam acara

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar menyatakan pihaknya memiliki tanggung jawab dalam membesarkan Nahdlatul Ulama (NU) yang kini sudah mendekati usia 100 tahun. Paling tidak pada periode dua ratus tahun ke depan NU semakin kokoh, mandiri, dan moderen.

“Kita harus berpikir 100 tahun yang kedua, ini momentum strategis dan penting untuk memberikan masukan muktamirin dan muhtamirot yang akan menyelenggarakan perhelatan penting,” kata Ketua Umum (Ketum) DPP PKB Abdul Muhaimin Iskandar (Gus Muhaimin) saat memberikan sambutan di  acara Halaqah Satu Abad NU dengan tema “Gagasan Kontributif Membangun Kemandirian Ekonomi Nahdlyin” di kantor DPP PKB, Kamis (2/1).

Muhaimin menegaskan, PKB akan terus berperan bagi NU, terlebih lagi dalam menyambut 100 tahun NU. PKB tidak akan pernah lepas dari kontribusi dan pemikiran serta ikhtiar untuk bersama-sama membawa NU semakin bermanfaat.

“NU harus semakin memiliki peran bagi bangsa dan negara Indonesia,” ujarnya.

Muhaimin juga sempat berkelekar kepada Wakil Presiden Republik Indonesia (RI) priode 2014-2019 Jusuf Kalla dengan meminta maaf lantaran JK harus berdiri lama karena menyanyikan sejumlah mars. Sebab, PKB harus memikirkan NU.

"Jadi mohon maaf Pak JK tadi kalau di PKB ini nyanyinya tiga kali berdirinya agak lama karena PKB ini partai yang selain memikirkan dirinya sendiri juga memikirkan NU, kira-kira begitu ya ada enaknya ada nggak enaknya. Kalau PDIP enak nggak mikirin siapa-siapa yang lain, Golkar enak nggak mikirin siapa," ungkapnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement