Selasa 07 Dec 2021 00:05 WIB

Ketika Semeru Meluncurkan Awan Panas Guguran

Dampak letusan kali ini lebih parah ketimbang dampak letusan gunung itu pada tahun la

Red: Agus Yulianto
Foto udara guguran awan panas Gunung Semeru terlihat dari Desa Sumberwuluh, Lumajang, Jawa Timur.
Foto: ANTARA FOTO/Zabur Karuru
Foto udara guguran awan panas Gunung Semeru terlihat dari Desa Sumberwuluh, Lumajang, Jawa Timur.

REPUBLIKA.CO.ID, Warga berlarian menyelamatkan diri saat Gunung Semeru meluncurkan awan panas guguran pada Sabtu (4/12). Peningkatan aktivitas gunung tertinggi di Pulau Jawa itu, membuat beberapa desa di Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur, diliputi awan panas guguran dan hujan abu vulkanik.

"Minta doanya, kami berada di Desa Sumberwuluh, Candipuro, sekarang jam 15.00 WIB, Gunung Semeru meletus, keadaan sekarang ini gelap gulita," kata seorang warga dalam rekaman video mengenai erupsi Semeru yang diunggah di platform media sosial.

Dalam keadaan gelap, warga desa di lereng Gunung Semeru berbondong-bondong mengungsi guna menghindari dampak awan panas guguran dan hujan abu. Awan panas guguran dan hujan abu dari Gunung Semeru telah menyebabkan warga meninggal dunia dan terluka serta mengakibatkan permukiman dan fasilitas umum rusak.

Menurut data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang yang diperbarui pada Minggu (5/12) pukul 17.00 WIB, bencana alam itu menyebabkan setidaknya 14 orang meninggal dunia dan 69 orang terluka. Warga yang meninggal dunia dan terluka merupakan warga Kecamatan Pronojiwo dan Kecamatan Candipuro.

Kepala Bidang Kesiapsiagaan dan Logistik BPBD Kabupaten Lumajang Wawan Hadi Siswoyo mengatakan, awan panas guguran Gunung Semeru juga menyebabkan 2.970 rumah dan 13 fasilitas umum rusak. Fasilitas umum yang rusak meliputi jembatan, sarana pendidikan, dan tempat ibadah.

Jembatan Gladak Perak yang menghubungkan Lumajang dengan Malang ambruk, sehingga warga Kecamatan Pronojiwo dan Tempursari tidak bisa mengakses jalan menuju Kota Lumajang. Kerusakan Gladak Perak membuat Pemerintah Kabupaten Lumajang kesulitan melakukan evakuasi dan menyalurkan bantuan bagi warga yang terdampak letusan Gunung Semeru di Kecamatan Pronojiwo.

Kondisi yang demikian memaksa Pemerintah Kabupaten Lumajang meminta bantuan dari Pemerintah Kabupaten dan Kota Malang untuk menangani korban bencana di wilayah itu. 

Luncuran awan panas guguran dan hujan abu Gunung Semeru juga memaksa warga di Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo dan Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, mengungsi ke masjid, sekolah, kantor desa, serta tempat-tempat yang dianggap lebih aman.

Di Kecamatan Pronojiwo tercatat ada 305 warga yang mengungsi. Mereka mengungsi di SDN Supiturang 04, Masjid Baitul Jadid, SDN Oro Oro Ombo 3, SDN Oro Oro Ombo 2, Masjid Pemukiman Dusun Kampung Renteng, Balai Desa Oro Oro Ombo, Balai Desa Sumberurip, SDN Sumberurip, dan rumah kerabat.

Selain itu ada 409 warga yang mengungsi di Balai Desa Sumberwuluh, Balai Desa Penanggal, Balai Desa Sumbermujur, Dusun Kampung Renteng dan Dusun Kajarkuning di Desa Sumberwuluh, dan Kantor Camat Candipuro di Kecamatan Candipuro. Di Kecamatan Pasirian juga ada 188 orang mengungsi. Mereka mengungsi di Balai Desa Condro, Balai Desa Pasirian, Masjid Baiturahman, dan Masjid Nurul Huda.

 

 

 

photo
Seorang penyelamat menggendong seorang wanita yang jatuh pingsan, setelah melihat rumahnya hancur akibat letusan Gunung Semeru di kabupaten Lumajang, provinsi Jawa Timur, Indonesia, 5 Desember 2021. - (AP/Trisnadi)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement