REPUBLIKA.CO.ID, -- Sampai menjelang akhir tahun 2021 dan hingga munculnya varian baru Covid-19 jenis Omicorn, ilmuwan dunia belum dapat memutuskan kapan pandemi berakhir. Bahkan, ternyata hingga sekarang juga belum ada definisi yang jelas mengenai kapan persisnya pandemi dimulai. Alhasil, masih belum diketahui akan sampai seberapa besar ancaman yang ditimbulkan oleh wabah global ini yang dapat bervariasi di setiap negara.
"Ini agak penilaian subjektif karena ini bukan hanya tentang jumlah kasus. Ini tentang tingkat keparahan, dan ini tentang dampak," ujar Kepala kedaruratan Organisasi Kesehatan Dunia, Dr Michael Ryan, seperti dilansir dari laman Foxnews.
Pada Januari 2020, WHO menetapkan virus itu sebagai krisis kesehatan global yang menjadi perhatian internasional. Beberapa bulan kemudian pada bulan Maret, badan kesehatan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menggambarkan wabah itu sebagai pandemi, yang mencerminkan fakta virus itu telah menyebar ke hampir setiap benua. Banyak pejabat kesehatan menggambarkannya sebagai pandemi.
Pandemi dapat dipertimbangkan secara luas ketika WHO memutuskan virus itu tidak lagi menjadi keadaan darurat yang menjadi perhatian internasional, sebuah penunjukan yang telah dinilai ulang oleh komite ahlinya setiap tiga bulan. Tapi ketika fase paling akut dari krisis, kemudahan dalam negara dapat bervariasi.
"Tidak akan ada satu hari ketika seseorang berkata, Oke, pandemi sudah berakhir,'" tambah Dr. Chris Woods, pakar penyakit menular di Duke University.
Meskipun tidak ada kriteria yang disepakati secara universal, dia mengatakan negara-negara kemungkinan akan mencari pengurangan kasus yang berkelanjutan dari waktu ke waktu.
Para ilmuwan memperkirakan Covid 19 pada akhirnya akan menjadi virus yang lebih dapat diprediksi seperti flu, yang berarti akan menyebabkan wabah musiman tapi bukan lonjakan besar yang kita lihat sekarang. Tapi meski begitu, lanjut Woods, beberapa kebiasaan, seperti memakai masker di tempat umum, mungkin terus berlanjut. "Bahkan setelah pandemi berakhir, Covid akan tetap bersama kita," katanya.
Alih-alih kebingunan ilmuwan dunia menentukan kapan pandemi Covid-19 berakhir, Wakil Menteri Kesehatan RI Dante Saksono Harbuwono mengatakan pihaknya memilih tetap waspada. Apalagi sekarang ini yakni dalam menghadapi masa liburan Nataru.
"Pemerintah tetap waspada kepada pandemi Covid-19. Namun hingga samemang at ini varian baru virus Corona B.1.1.529 atau Omicron belum terdeteksi di Indonesia,'' kata Dante Saat Kunjungan di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Jumat (10/12).
Pemerintah juga paham bila masih ada banyak pihak yang mempertanyakan kemampuan pemerintah dalam mengidentifikasi varian baru Corona B.1.1.529 tersebut. Hal ini lantaran, whole genome sequencing (WGS) yang dianalisis Indonesia dibandingkan dengan negara lainnya dinilai lambat. Terlebih, semula hanya ada 12 laboratorium yang mampu melakukan WGS.
"Jadi omicron sampai saat ini sudah kita lakukan genome squencing dan memang masih belum teridentifikasi. Jadi belum ada Omicron di Indonesia, " tegasnya.
Walaupun belum terdeteksi, lanjut Dante, Kementerian Kesehatan tetap melakukan identifikasi terutama di daerah pintu masuk baik darat, laut, dan udara. "Dengan cara semua kasus yang PCRnya positif dilakukan genome squencing. Memetakan gennya sehingga kita bisa tahu bahwa itu varian Omicron atau bukan, " ujar Dante.
Dalam kesempatan itu, Dante juga memastikan jumlah laboratorium yang mampu mendeteksi varian baru Corona akan ditingkatkan menjadi 14 laboratorium. Tak hanya itu, pemerintah disebut akan menggencarkan metode baru mengidentifikasi varian Omicron dengan melihat tes PCR S Gen Failure Test.
"PCR khusus yang namanya s gen failure test itu akan mendeteksi, dengan menggunakan PCR kita bisa menentukan probable Omicron dengan mengetahui posisi khusus di sequencing DNA RNA-nya dan tempat yang khusus bisa mengidentifikasi Omicron," terang Dante.
Saat ini, metode itu juga sudah digunakan di setiap pintu perbatasan baik darat, laut maupun udara. "Sekarang, kita sudah punya 30 kit. Satu kit-nya sekitar 124 jadi sekarang kita sudah punya 3000 lebih tes yang akan mengidentifikasi Omicron dengan cara bukan WGS tapi RNA,\" kata dia.
Sebelumnya, beredar pemberitaan soal empat warga ber-KTP Jakarta yang dinyatakan terpapar virus corona varian Omicron berdasarkan hasil tes Covid-19.
Keempat orang tersebut disebut menjalani tes Covid-19 di Laboratorium Farmalab Cikarang, Kabupaten Bekasi. Namun, pernyataan tersebut diralat. Pihak Dinkes Kabupaten Bekasi menarik pernyataan yang dirilis tersebut.
Daerah waspadai penyebaran Covid-19 melalui libur Nataru
Menyambut libur Natal dan Tahun Baru 2022, berbagai pemerintah daerah melakukan antisipasi penyebaran Covid-19 dengan membatasi mobilisasi warga yang berwisata. Pemerintah Daerah (Pemda) DIY misalnya memutuskan menutup alun-alun selama libur kali ini. Sekda DIY, Kadarmanta Baskara Aji mengatakan, penutupan dilakukan dalam rangka mencegah timbulnya klaster baru penularan Covid-19.
Penutupan ini dilakukan sesuai dengan Instruksi Menteri Dalam Negeri (Inmendagri) Nomor 66 Tahun 2021 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Covid-19 pada Saat Nataru 2022.
"Biasanya saat tahun baru, tempat-tempat seperti tanah lapang dipakai (untuk menyalakan) kembang api dan tentu disitu akan menjadi pusat berkumpulnya orang. Itu sangat rentan terjadinya klaster," kata Aji di Kompleks Kepatihan, Yogyakarta, Jumat (10/12).
Saat ini, penambahan kasus harian Covid-19 dinilai masih terkendali. Meskipun begitu, Aji menegaskan agar masyarakat tetap hati-hati terhadap potensi munculnya klaster Covid-19 saat Nataru.
Pihaknya juga melarang diadakannya event perayaan tahun baru di pusat perbelanjaan/mall. Pasalnya, event perayaan tahun baru di mall dapat menimbulkan kerumunan. "Kita harus sangat hati-hati terhadap kemungkinan momentum Nataru itu akan timbul klaster-klaster. Salah satu yang kita upayakan supaya tidak ada kerumunan adalah pembatasan jumlah yang hadir di satu tempat," ujarnya.
Terkait dengan destinasi wisata, juga diberlakukan pembatasan jumlah wisatawan. Berdasarkan Inmendagri, kapasitas destinasi yang boleh diisi sebesar 75 persen selama Nataru.
"Yang jelas kita akan mengikuti Instruksi Mendagri terkait dengan menyikapi Nataru," jelas Aji.
Sementara itu Jawa Tengah pun sudah menyatakan siaga menghadapi libur Nataru. Bahkan mereka sudah memprediksi sedikitnya 4,8 juta pemudik bakal masuk wilayah Jawa Tengah, pada libur Natal Nataru pada akhir tahun ini.
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo mengungapkan, survei Kementerian Perhubungan mencatat, diprediksikan akan ada 4,8 juta pemudik yang akan masuk Jawa Tengah. Maka diperlukan pemahaman bersama agar penanganan Nataru bisa dilakukan dengan maksimal dan tidak mengakibatkan munculnya penularan Covid-19 di daerahnya.
"Jumlah 4,8 juta memang gede (besar), semua agar punya pemahaman yang sama libur Nataru nanti bisa berjalan dengan baik,” katanya, usai memimpin rapat koordinasi penanganan Nataru bersama jajaran Forkompimda dan tokoh lintas agama di gedung Gradhika Bhakti Praja.
Menurut gubernur, harus dilakukan upaya untuk mencegah terjadinya mobilisasi pemudik lintas daerah yang cukup besar. Pemprov Jawa Tengah akan terus komunikasi dengan keluarga masyarakat yang ada di luar Jateng untuk merayakan Nataru di tempatnya masing- masing.
Pemerintah daerah mengimbau agar masyarakat Jawa Tengah yang ada di luar daerah tidak memaksakan untuk pulang kampung dan cukup merayakan tanpa ke mana- mana.
“Yang terbesar itu kan di Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Timur, nanti kita akan komunikasi dan minta bantuan mereka agar tetap di tempatnya masing-masing," tegas Ganjar.
Perjalanan Keluar Daerah Saat Nataru Wajib Dua Kali Vaksin
Masyarakat yang hendak melakukan perjalanan keluar daerah wajib memenuhi persyaratan perjalanan jarak jauh menggunakan alat transportasi umum yakni dua kali vaksin atau dosis penuh dan melakukan rapid tes antigen 1x24 jam. Aturan tersebut tertuang dalam Instruksi Mendagri (Inmendagri) Nomor 66 Tahun 2021 tentang Pencegahan Dan Penanggulangan Covid-19 Pada Saat Natal Tahun 2021 dan Tahun Baru Tahun 2022 (Nataru).
Sementara, orang yang belum divaksin dan orang tidak bisa divaksin dengan alasan medis, dilarang bepergian jarak jauh.
Secara rinci, aturan mengenai perjalanan jarak jauh saat Nataru sebagai berikut: Pertama, mengoptimalkan penggunaan aplikasi PeduliLindungi.
Ketiga, syarat perjalanan jarak jauh yang menggunakan alat transportasi umum secara teknis diatur lebih lanjut oleh Satgas Penanganan Covid-19 Nasional.
Keempat, dalam hal ditemukan pelaku perjalanan sebagaimana dimaksud pada angka dua yang positif Covid-19, maka melakukan isolasi mandiri atau isolasi pada tempat yang telah disiapkan Pemerintah untuk mencegah adanya penularan, dengan waktu isolasi sesuai prosedur kesehatan serta melakukan tracing dan karantina kontak erat.
Instruksi ini berlaku mulai tanggal 24 Desember 2021 sampai 2 Januari 2022. Dengan adanya Inmendagri ini juga, otomatis Inmendagri Nomor 62 Tahun 2021 yang mengatur aturan Pencegahan Covid saat Nataru sebelumnya dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Sebelumnya, Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan Pemerintah akan menetapkan kewajiban vaksin Covid-19 dosis penuh bagi pelaku perjalanan antarkabupaten atau kota. Peraturan ini akan diberlakukan selama periode Natal dan Tahun Baru.
"Selanjutnya dalam waktu dekat pemerintah akan menetapkan kebijakan wajib vaksin dosis penuh untuk pelaku perjalanan antar kabupaten/kota di luar wilayah aglomerasi selama periode Natal dan Tahun Baru," ujar Wiku dalam konferensi pers secara daring, Kamis (9/12).
Namun, Wiku mengatakan, kebijakan ini tidak berlaku bagi daerah di luar Jawa-Bali. Ini karena, cakupan vaksinasi daerah di luar Jawa-Bali yang masih di bawah rata-rata nasional.
"Pemerintah pusat memberikan diskresi kepada pemerintah daerah untuk dapat menyesuaikan peraturan sesuai dengan kondisi di daerahnya masing-masing," ujarnya. Karena itu, ia meminta masyarakat untuk melakukan vaksinasi dosis penuh jika ingin melakukan perjalanan jauh.