REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Allah ﷻ telah mengutus Nabi Musa untuk menyelamatkan Bani Israil dari kekejaman sang raja.
Namun, Firaun teramat kejam hingga mereka yang beriman begitu takut untuk memperlihatkan keimanannya kepada Allah ﷻ. Salah satu yang menyembunyikan keimanan tersebut yakni seorang wanita bernama Masyithoh beserta keluarganya.
Masyithoh merupakan salah satu pelayan istana Firaun. Dia bertugas sebagai tukang sisir putri Firaun. Sejak bertahun-tahun silam, keluarga Masyithoh setia melayani istana. Ketika agama Ibrahim disampaikan Musa di tanah Mesir, mereka mengimaninya. Namun, tak ada yang tahu keimanan Masyithah, termasuk sang majikan.
Siti Masyithoh merupakan wanita yang ingkar terhadap Firaun, sebab dia hanya percaya bahwa tiada yang patut disembah selain Allah ﷻ.
Imad Al-Hilali dalam buku Ensiklopedia Wanita Alquran menjelaskan, Masyithoh dan suaminya yang bernama Hizqil termauk golongan yang beriman. Padahal keduanya adalah orang terdekat Firaun, bahkan Hizqil merupakan bendahara Firaun semasa itu.
Tak heran jika Siti Masyithoh dan Hizqil disebut dengan orang-orang beriman kepada Allah di lingkungan Kerajaan Firaun.
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رضي الله عنهما قَالَ :قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ( لَمَّا كَانَتْ اللَّيْلَةُ الَّتِي أُسْرِيَ بِي فِيهَا ، أَتَتْ عَلَيَّ رَائِحَةٌ طَيِّبَةٌ ، فَقُلْتُ : يَا جِبْرِيلُ ، مَا هَذِهِ الرَّائِحَةُ الطَّيِّبَةُ ؟ فَقَالَ : هَذِهِ رَائِحَةُ مَاشِطَةِ ابْنَةِ فِرْعَوْنَ وَأَوْلادِهَا ، قَالَ : قُلْتُ : وَمَا شَأْنُهَا ؟ قَالَ : بَيْنَا هِيَ تُمَشِّطُ ابْنَةَ فِرْعَوْنَ ذَاتَ يَوْمٍ ، إِذْ سَقَطَتْ الْمِدْرَى مِنْ يَدَيْهَا ، فَقَالَتْ : بِسْمِ اللَّهِ
Ibnu Abbas pernah meriwayatkan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda saat diisrakan, “Aku mencium aroma yang sangat wangi. Aku lantas menanyakannya kepada malaikat Jibril mengenai aroma tersebut.”
Kemudian Jibril menjawab, “Ini wangi Masyithoh dan anak-anaknya. Suatu ketika ia menjalankan tugasnya, yakni menyisir rambut anak Firauan. Tiba-tiba sisirnya terjatuh dari tangannya dan tanpa sadar dia berucap, ‘Bismillah’.”
Dari sanalah kemudian Masyithoh telah diketahui beriman kepada yang selain Firaun. Dan Masyithah tetap bersikukuh dalam pendirian imannya kepada Allah ﷻ meski hukuman mati dengan cara yang mengerikan terpampang jelas di depan matanya.
Firaun tak segan memerintahkan bahwannya untuk membuat tungku pembakaran dari tembaga. Penguasa tiran itu memanggil Masyithoh dan anak-anaknya satu per satu dan melemparkan mereka ke dalam tungku tersebut. Namun Maysithoh bergeming, dia tetap beriman kepada Allah ﷻ.