REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Ceramah agama Jafar ash-Shaddiq putra Muhammad al-Bagir bin Ali bin Husain Rah di hadapan jamaah haji berbuntut panjang. Keluarga alim ini harus rela menahan derita di ruang tahanan demi memuaskan hasrat Khalifah Hisyam bin Abdulmalik.
"Selama tiga hari tiga malam ditahan mereka tidak diberi makan dan minum," tulis Abdurrahman Ahmad As-Sirbuny dalam bukunya '198 Kisah Haji Wali-Wali Allah'.
Baru pada hari keempat mereka dihadapkan kepada Khalifah Hisyam bin Abdulmalik yang ketika itu sedang duduk menyaksikan beberapa ahli pemanah sibuk berlatih. Khalifah memanggil Muhammad al-Baqir rah, lalu dipersilakan untuk bermain panah dengan para ahli pemanah itu.
Al-Baqir menjawab, “Aku sudah uzur dan tua. Sudah tidak bermain panah lagi. Sebaiknya orang lain saja," pinta al-Bagir.
Bagaimanapun, khalifah tetap memerintahkan Muhammad al-Baqir memanah untuk menguji kecakapannya, sekaligus menghinakannya seandainya ternyata dia tidak becus dalam memanah.
"Akhirnya Muhammad al-Baqir menerima tantangan itu, lalu mulailah dia memanah," tulis Abdurrahman.
Dengan izin Allah anak panah pertama telah mengenai tepat sasarannya. Kemudian sekali lagi anak panah kedua dilepaskan. Anak panah itu meluncur mengenai anak panah yang pertama hingga terbelah.
Ketika anak panah ketiga dilepaskan, dia telah mengenai anak panah kedua hingga terbelah, dan begitulah seterusnya, hingga anak panah yang kedelapan.
Para hadirin berdiri kagum dengan keahlian Imam Al-Baqir memanah, lalu mereka mengucapkan selamat, termasuk khalifah. Sebenarnya khalifah merasa takjub atas keandalannya dalam memanah, jika dibandingkan dengan orang Arab dan yang bukan Arab.
“Dari manakah engkau belajar memanah dan berapa lama mem-pelajarinya," tanya khalifah.
Muhammad al-Baqir mengatakan, “Penduduk Madinah memang terkenal cakap memanah. Aku mempelajarinya sejak masih remaja, tetapi sudah lama aku tinggalkan, sampai hari ini ketika engkau memaksaku untuk memanah.”
Khalifah Hisyam kagum kepada kepiawaian al-Bagir memanah dan Hisyam berkali-kali memuji cicit Rasulullah ini.
“Belum pernah kulihat orang yang begitu ahli dalam memanah sepertimu," kata Hisyam memujinya.
"Apakah anakmu juga pandai memanah sebagaimana ayahnya?"
"Ya, kami mewarisi ilmu dari nenek moyang kami," jawab Al-Baqir.
Karena keahliannya itu kemudian mereka dibebaskan dari tahanan. Keluar alim itupun kembali berdakwah menjumpai umat manusia agar kenal agama Islam seperti telah dilakuka kekenya yakni Nabi Muhammad Rasulullah SAW.