REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Otoritas peternakan Thailand berjanji akan menyelidiki kematian seekor babi peliharaan setelah tes lab mengindikasikan babi itu mati karena demam babi Afrika (African swine fever/ASF). Insiden tersebut menjadi kasus ASF pertama yang dilaporkan di negara itu.
Thailand selama bertahun-tahun bersikeras bahwa populasi babi di sana tidak terdampak ASF meski sejumlah negara tetangganya di Asia Tenggara telah melaporkan kemunculan penyakit itu. Dalam beberapa tahun terakhir, ASF telah melanda Eropa dan Asia, dan membunuh ratusan juta babi, khususnya di China.
Seekor babi mini peliharaan di Bangkok dinyatakan mati akibat penyakit itu setelah dibawa oleh pemiliknya untuk dites di laboratorium Universitas Kasetsart pada awal Desember. "Demam babi Afrika telah ditemukan di Thailand, karena kami yang menemukannya," kata Nattavut Ratanavanichrojn, pembantu dekan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Kasetsart di provinsi Nakhon Pathom, sebelah barat Bangkok.
Dia menambahkan bahwa pihak universitas telah mengirimkan hasil autopsi babi itu ke Departemen Pengembangan Ternak Thailand bulan lalu. Sang pemilik juga memelihara dua babi mini lain di rumahnya yang belakangan juga mati. Temuan universitas itu muncul setelah spekulasi berkembang bahwa wabah ASF telah mengurangi populasi babi Thailand. Pasokan daging babi yang berkurang tahun ini telah mendongkrak harganya.