Senin 10 Jan 2022 19:31 WIB

Spanyol akan Ubah Cara Pelacakan Covid-19

Spanyol berencana mengubah metode pelacakan Covid-19 seperti pengamatan pada flu

Rep: Lintar Satria/ Red: Christiyaningsih
Seorang pria menerima suntikan vaksin Moderna, bagian dari kampanye vaksinasi COVID-19, di San Sebastian, Spanyol utara, Kamis, 2 Desember 2021. Spanyol berencana mengubah metode pelacakan Covid-19 seperti pengamatan pada flu. Ilustrasi.
Foto: AP/Alvaro Barrientos
Seorang pria menerima suntikan vaksin Moderna, bagian dari kampanye vaksinasi COVID-19, di San Sebastian, Spanyol utara, Kamis, 2 Desember 2021. Spanyol berencana mengubah metode pelacakan Covid-19 seperti pengamatan pada flu. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, MADRID -- Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez mengatakan sudah waktunya melakukan pelacakan Covid-19 dengan cara yang yang berbeda karena angka kematian telah menurun. Ia membenarkan laporan surat kabar El Pais yang menyatakan pemerintah Spanyol mempertimbangkan metode pemantauan alternatif.

"Kami memiliki kondisi yang secara bertahap, dengan hati-hati, membuka perdebatan di tingkat teknis dan Eropa untuk mengevaluasi evolusi penyakit ini dengan parameter yang berbeda dibanding yang kami miliki saat ini," kata Sanchez dalam wawancara dengan stasiun radio Cadena SER, Senin (10/1/2022).  

Baca Juga

El Pais melaporkan pemerintah Spanyol mempertimbangkan untuk mengubah cara pelacakan evolusi pandemi. Pelacakan Covid-19 akan diubah dengan menggunakan metode yang sama untuk mengikuti flu, tanpa mencatat setiap kasus dan tanpa melakukan tes sama sekali pada orang yang memiliki gejala.

Tidak hanya Spanyol, kini Jerman juga sedang mempertimbangkan untuk mengubah strategi dalam menghadapi pandemi. Menteri Kesehatan Jerman Karl Lauterbach mengatakan Jerman harus mengubah strategis vaksinasi Covid-19 dalam mengatasi varian Omicron.

Ia juga ingin Jerman memastikan vaksin baru dapat dikembangkan dengan cepat apabila terdapat varian virus corona yang lebih mematikan. Pernyataan Lauterbach yang dilantik sebagai menteri kesehatan bulan lalu itu disampaikan dalam wawancara dengan surat kabar Welt am Sonntag.

"Jika kami mendapatkan varian yang sama cepat menularnya seperti Omicron tapi jauh lebih mematikan, kami harus dapat mengembangkan dan memproduksi vaksin dalam waktu yang lebih singkat," jelas Lauterbach.

Ia mengatakan pemerintah Jerman berencana untuk mendirikan sistem permanen yang menjual dan menyediakan dosis vaksin dalam waktu cepat kapan pun karena bisa terjadi wabah baru yang serius. "Kami tidak boleh jatuh pada asumsi naif jika (pandemi) ini akan segera berakhir, ini belum berakhir," tambahnya.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْاٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.

(QS. Al-A'raf ayat 27)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement