REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengatakan RT-LAMP (reverse transcription loop mediated isothermal amplification) dapat menjadi metode alternatif pengganti Polymerase Chain Reaction (PCR) untuk mendeteksi Covid-19. Pemanfaatannya dapat meningkatkan kapasitas pengujian di Tanah Air.
"Akurasinya dapat ditingkatkan setara dengan sistem RT-PCR dan reaksi amplifikasi dapat dipantau secara real-time," kata peneliti di Pusat Riset Kimia BRIN Tjandrawati Mozef dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu (12/1/2022).
Tjandrawati menjelaskan, keunggulan RT-LAMP dibandingkan dengan RT-PCR karena tidak memerlukan alat deteksi yang mahal. Harga kitnya lebih murah.
Saat ini, alat Polymerase Chain Reaction (PCR) banyak digunakan sebagai metode standar dalam mendeteksi Covid-19. Metode PCR ini paling akurat, namun hasil pengujian lebih lama.
"Biayanya relatif mahal," ujarnya.
Tjandrawati menuturkan, beberapa negara, seperti Belanda dan Spanyol, telah menetapkan RT-LAMP sebagai salah satu metode setara RT-PCR yang digunakan untuk mendeteksi Covid-19. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/3602/2021, RT-LAMP termasuk dalam kategori tes molekuler NAAT (Nucleic Acid Amplification test) bersama-sama dengan Quantitative Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction (qRT-PCR) dan Tes Cepat Molekuler (TCM), dengan akurasi yang sangat baik.
Perbedaan RT LAMP dengan RT-PCR adalah dalam proses amplifikasi gen target. Reaksi RT-LAMP berlangsung secara isotermal atau suhu konstan sehingga tidak memerlukan alat thermocycler atau alat PCR.
RT-LAMP menggunakan sampel ekstrak RNA hasil usap (swab) hidung yang dapat dideteksi secara kualitatif dengan melihat adanya presipitasi dengan akurasi yang baik. Metode temuan periset BRIN tersebut dikembangkan sejak Maret 2020 bersama mitra PT Biosains Medika Indonesia, yang saat itu akan melakukan komersialisasi produk.