REPUBLIKA.CO.ID, NORTH CAROLINA -- Sebuah studi terbaru mencoba mengevaluasi daya tahan perlindungan yang diberikan oleh vaksin Pfizer, Moderna, dan Johnson&Johnson. Studi observasional besar ini menunjukkan bahwa semua vaksin berbasis mRNA itu memberikan perlindungan tingkat tinggi terhadap rawat inap dan kematian setidaknya enam bulan setelah vaksinasi.
Hanya saja, ada penurunan bertahap dalam kemampuan vaksin tersebut untuk mencegah infeksi SARS-CoV2 setelah satu hingga dua bulan setelah vaksinasi. Tingkat perlindungan terendah diamati pada seseorang yang menerima vaksin Johnson&Johnson.
Penulis pertama studi tersebut, Dan-Yu Lin yang merupakan profesor di University of North Carolina di Chapel Hill mengatakan kepada Medical News Today bahwa banyak keputusan di AS tentang vaksinasi dan dosis penguat (booster) Covid-19 didasarkan pada data dari negara lain, khususnya data Israel tentang vaksin Pfizer. Studinya menggunakan data pengawasan untuk seluruh penduduk Carolina Utara, Amerika Serikat (AS).
"Studi kami memberikan karakterisasi yang tepat dan komprehensif tentang efektivitas tiga vaksin yang digunakan di AS," ujar Prof Lin, seperti dikutip dari laman Medical News Today, Rabu (19/1/2022).
Prof Lin mengklaim, ini adalah studi terbesar tentang efektivitas vaksin. Studi yang melibatkan lebih dari 10 juta orang tersebut diterbitkan di New England Journal of Medicine.
Potensi penyebab menurunnya kekebalan
Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) AS telah memberikan persetujuan untuk penggunaan darurat vaksin Covid-19 dengan platform messenger RNA (mRNA) Pfizer dan Moderna sebanyak dua dosis serta vaksin Johnson&Johnson dosis tunggal untuk melawan Covid-19. Izin itu berlaku untuk periode Desember 2020 hingga Februari 2021.
FDA mendasarkan otorisasi vaksin ini pada keamanan jangka pendek dan data kemanjuran dari uji klinis. Namun, mereka tidak tahu berapa lama perlindungan yang diberikan oleh tiga vaksin Covid-19 yang disetujui tersebut akan bertahan.
Selain itu, tingkat proteksi yang diberikan vaksin juga mengkhawatirkan mengingat jumlah orang yang divaksinasi lalu terkena Covid-19 beberapa bulan setelah imunisasi terus bertambah. Tak hanya itu, munculnya varian delta juga membuat daya tahan perlindungan yang diberikan oleh vaksin menjadi dipertanyakan.
Berbagai studi sumber terpercaya telah mengevaluasi efisiensi jangka panjang vaksin ini. Studi-studi tersebut telah melaporkan penurunan perlindungan beberapa bulan setelah menerima dosis terakhir vaksin.
Di sisi lain, periode ini juga bertepatan dengan kemunculan varian delta. Masih belum jelas apakah penurunan efikasi vaksin Covid-19 ini karena kekebalan yang melemah, munculnya varian baru, atau keduanya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat karakterisasi lebih lanjut mengenai daya tahan perlindungan yang diberikan oleh tiga vaksin Covid-19 yang disetujui FDA. Studi sebelumnya telah mengevaluasi efektivitas vaksin Covid-19 dengan memperkirakan insiden kumulatif atau keseluruhan kasus infeksi terobosan selama satu hingga tiga bulan setelah vaksinasi.
"Tidak seperti penelitian lain, kami memperkirakan efektivitas vaksin dalam mengurangi risiko penyakit saat ini sebagai fungsi berkelanjutan dari waktu yang berlalu sejak vaksinasi alih-alih kejadian kumulatif selama interval waktu yang lama," kata Prof Lin.
Untuk mengevaluasi efektivitas jangka panjang ketiga vaksin mRNA, para peneliti menggunakan data yang dikumpulkan oleh sistem pengawasan Covid-19 Carolina Utara dan Sistem Manajemen Vaksin Covid-19 antara Desember 2020 hingga 8 September 2021.
Sistem pengawasan Covid-19 mengumpulkan data tentang jumlah kasus Covid-19 dan hasil uji klinis untuk individu yang positif Covid-19 untuk seluruh penduduk Carolina Utara. Sistem manajemen vaksin Covid-19 adalah sebuah himpunan secara dalam jaringan riwayat vaksinasi.
Mencegah kasus Covid-19
Para peneliti menemukan bahwa vaksin Pfizer dan Moderna paling efektif untuk mencegah infeksi SARS-CoV2, yaitu dua bulan setelah dosis pertama. Setelah itu, terjadi penurunan secara bertahap.
Pada dua bulan setelah vaksinasi, vaksin Pfizer dan Moderna masing-masing 94,5 persen dan 95,9 persen efektif dalam mencegah infeksi SARS-CoV-2. Efektivitas vaksin Pfizer dan Moderna kemudian menurun masing-masing menjadi 66,6 persen dan 80,3 persen setelah tujuh bulan.
Efektivitas yang lebih besar dari vaksin Moderna (100 mikrogram per dosis) dapat disebabkan oleh tingkat mRNA yang lebih tinggi yang ada dalam setiap dosis daripada vaksin Pfizer (30 mikrogram per dosis).
Vaksin Johnson&Johnson dosis tunggal mencapai efektivitas puncak 74,8 persen satu bulan setelah vaksinasi lalu berkurang secara bertahap menjadi 54,4 persen setelah lima bulan.