REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Perdana Menteri Inggris Boris Johnson pada Selasa (25/1/2022) memperingatkan bahwa invasi Rusia ke Ukraina akan berlangsung "tragis dan sia-sia" dan akan disambut dengan tanggapan terpadu dari NATO.
Dalam sebuah pernyataan kepada Dewan Rakyat, Johnson mengatakan invasi dan serangan ke negara Eropa Timur itu akan memicu pertumpahan darah seperti konflik di Bosnia dan Herzegovina dan Chechnya pada 1990-an, Inggris, bersama dengan sekutu NATO-nya, akan merespons sekuat mungkin.
“Musim dingin ini, kami menyaksikan hal yang kami harapkan telah dibuang dari benua kami. Sebuah negara besar dan kuat yang mengumpulkan pasukan dan tank di perbatasan tetangga dengan ancaman invasi yang jelas,” kata Johnson mengacu pada penumpukan militer Rusia di perbatasan timur Ukraina.
“Rusia, tentu saja, telah menyerang Ukraina, secara ilegal mencaplok 10.000 mil persegi wilayahnya pada 2014, memicu perang di wilayah Donbas, dan Ukraina hampir tidak pernah mengenal hari damai sejak itu. Sekarang, Ukraina menghadapi bahaya perang invasi baru dan kali ini pasukan yang ditempatkan di perbatasan Ukraina terdiri lebih dari 100.000 tentara, jauh lebih besar dari apa pun yang telah dikerahkan Rusia untuk melawannya sebelumnya," kata dia.