Rabu 02 Feb 2022 19:24 WIB

Universitas Negeri di Afghanistan Dibuka, Bagaimana Nasib Para Perempuan?

Masih sedikit mahasiswa, terutama wanita, yang berpartisipasi dalam perkuliahan.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Anak-anak perempuan berjalan ke atas saat mereka memasuki sekolah sebelum kelas di Kabul, Afghanistan, Ahad (12/9).
Foto: AP/Felipe Dana
Anak-anak perempuan berjalan ke atas saat mereka memasuki sekolah sebelum kelas di Kabul, Afghanistan, Ahad (12/9).

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL – Sejumlah universitas negeri di Afghanistan, pada Rabu (2/2/2022), dibuka untuk pertama kalinya sejak Taliban merebut kekuasaan pertengahan Agustus tahun lalu. Kendati demikian, masih sedikit mahasiswa, terutama wanita, yang berpartisipasi dalam perkuliahan.

Para pejabat Taliban mengungkapkan, universitas negeri yang berada di provinsi Laghman, Nangarhar, Kandahar, Nimroz, Farah, dan Helmand dibuka serentak pada Rabu (2/2/2022). Lebih banyak universitas dijadwalkan beroperasi kembali akhir Februari nanti.

Di kampus-kampus yang telah dibuka, anggota Taliban menjaga pintu gerbang dengan senapan mesin. Proses belajar mengajar akan dipisah antara perempuan dan laki-laki. Kelas untuk wanita dijadwalkan pagi hari, sementara pria pada sore hari. Taliban, setelah berhasil menguasai Afghanistan, memang mengatakan bahwa mereka tidak keberatan jika perempuan Afghanistan menuntut hak dasarnya di bidang pendidikan. Namun Taliban menghendaki agar kelas antara pria dan wanita dipisahkan.

Meski telah dibuka lagi, kesibukan di kampus belum begitu terasa. Seorang saksi, seperti dilaporkan laman Al Araby, mengungkapkan, di Universitas Laghman, pada sesi pagi, hanya terlihat enam wanita berbusana burqa memasuki area kampus.

Kendati demikian, wanita Afghanistan sangat menyambut dibukanya kembali universitas. “Ini adalah momen kegembiraan bagi kami bahwa kelas kami telah dimulai,” kata Zarlashta Haqmal, seorang mahasiswi hukum dan ilmu politik di Universitas Nangarhar.

Namun, dia tak menampik masih ada perasaan cemas bahwa Taliban bisa saja tiba-tiba melarang lagi kaum wanita bersekolah. “Kami masih khawatir Taliban mungkin menghentikan mereka,” ucapnya.

Pembukaan sejumlah universitas negeri Afghanistan terjadi sepekan setelah delegasi Taliban melakukan pertemuan dengan perwakilan pejabat-pejabat Barat di Oslo, Norwegia. Pada kesempatan itu, Taliban ditekan untuk meningkatkan pemenuhan hak-hak perempuan Afghanistan.

Hal itu mesti dilakukan jika Taliban ingin aset Afghanistan yang dibekukan bisa dicairkan. Setelah Taliban menguasai lagi Afghanistan pada Agustus tahun lalu, Amerika Serikat (AS) memutuskan membekukan aset bank sentral Afghanistan senilai hampir 10 miliar dolar AS.

Taliban telah berulang kali menyerukan Washington mencairkan aset tersebut. Sebab dana itu dibutuhkan untuk menangani krisis kemanusiaan yang kian memburuk di Afghanistan.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement