Selasa 15 Feb 2022 19:05 WIB

Rayuan Generasi Z untuk Hentikan Perang

Generasi Z menggunakan media sosial untuk mengungkapkan ekspresi tentang konflik.

Rep: Lintar Satria/ Red: Friska Yolandha
Pengunjung menikmati malam di Red Square, Moskow, Senin (14/2/2022).
Foto: AP Photo/Alexander Zemlianichenko
Pengunjung menikmati malam di Red Square, Moskow, Senin (14/2/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Remaja dan dewasa muda dari Generasi Z beralih ke TikTok dan Instagram untuk meredakan ketegangan antara Rusia dan Ukraina. Beberapa akun bahkan merayu Presiden Rusia Vladimir Putin dengan panggilan "Vladdy Daddy."

Vladdy diambil dari nama depan Putin yakni Vladimir sementara Daddy dari "Sugar Daddy" yang dikaitkan dengan pria lanjut usia yang berpasangan dengan perempuan muda. Tapi media sosial tidak hanya wadah untuk mengungkapkan ekspresi.

Baca Juga

Para peneliti juga menggunakan TikTok sebagai sumber data untuk melacak penumpukan lebih dari 100 ribu pasukan Rusia dekat perbatasan Ukraina. Langkah yang mendorong Amerika Serikat (AS) dan Barat menuduh Rusia berencana menginvasi Ukraina. Tuduhan yang dibantah keras Moskow.

Sejumlah pengguna media sosial meninggalkan komentar pada unggahan akun tidak resmi Putin. Juru bicara Meta Platforms, perusahaan induk Instagram dan Facebook, mengatakan tidak mengetahui keberadaan Putin di dua media sosial itu.

Berdasarkan situs data meme, Know Your Meme, panggilan "Vladdy Daddy" yang berkonotasi seksual meledak di internet sekitar tahun 2016. Banyak peneliti yang mengkategorikan Generasi Z sebagai generasi yang lahir pada pertengahan 1990-an dan awal 2000-an.

Seorang anak berusia 12 tahun dari Slovakia yang bernama Hanka belajar membuat meme melalui TikTok. Di salah satu akun ia mengunggah "Vladdy daddy mohon jangan perang."

"Merkurius di retrograde Vladdy ini bukan kami," tulis pengguna lainnya di kolom komentar.

Komentar ini merujuk pada fenomena Retrograd Merkurius atau gerak mundur merkurius. Retograd merupakan gerak semu planet yang tampak berlawanan arah dari Barat ke Timur, dibandingkan dengan gerak normalnya dari Timur ke Barat jika diamati dari Bumi.

"Saya dan teman saya bermain truth or dare dan mereka menantang saya untuk mengetik kata-kata itu," kata Hanka yang hanya memberikan nama depannya.

Namun meme itu mendapat kritik dari remaja lain di Twitter, salah satunya Lena yang tinggal di Polandia.

"Saya pikir seharusnya orang-orang dari jauh dan hanya melihatnya sebagai meme atau candaan tidak boleh melihatnya hanya sebagai lelucon, karena ini situasi serius," kata remaja berusia 16 tahun itu.  

TikTok tidak merespons permintaan komentar apakah terdapat bukti perilaku terkoordinasi yang sengaja menyesatkan orang-orang seputar tren ini. Banyak pesan dan video yang tidak mengungkapkan lokasi mereka.

Berdasarkan data perusahaan penelitian MediaScope saat ini TikTok salah satu media sosial paling populer di Rusia. Digunakan lebih dari 40 juta pengguna setiap bulannya.

Beberapa tahun terakhir TikTok meledak di seluruh dunia. Awalnya aplikasi miliki perusahaan Cina, ByteDance ini lebih dikenal dengan tantangan viral dan tari-tarian. Tapi kini juga menjadi tempat konten-konten politik.

"Sangat menarik bagaimana cara TikTok menghubungan audiens muda dengan politik dan peristiwa dunia," kata peneliti yang bekerja di Centre for Information, Inggris, Nina Jankowicz.

 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement